Dalam kesempatan meresmikan PLTU Labuan di Banten, Pak SBY merespon demo besar-besaran hari ini. Presiden mengkhawatirkan mereka yang banyak menyoroti kinerjanya selama 100 hari ini tidak tahu apa yang mereka soroti.
Menurut Pak SBY, program 100 hari itu program yang biasa. Bahkan beliau menambahkan kata tanpa telor, persis seperti kalau pesan nasi goreng biasa, ga pakai telor.
Apakah program kerja presiden dan pemerntahan memang bisa disamakan dengan pesanan nasi goreng?Mestinya beliu juga menyadari bahwa rakyat ini bukan orang-orang yang dungu tanpa ilmu. Rakyat tentu belum lupa segala janji manis selama kampanye di masa lalu.
Tentunya rakyat juga tahu bahwa sebenarnya masa pemerintahan Pak SBY ini bukan hanya abru 100 hari, tapi sudah 5 tahun plus 100 hari. Mestinya ada banyak hal yang memang tidak dimulai dari awal.
Jika para pembantu presiden bersama presien tentunya mengatakan program 100 harinya sukses 100%, mestinya tidak akan ada gejolak dan gelombang demonstrasi. Dengan sangat yakin, menko perekonomian mengatakan bahwa keseluruhan program kerja pemerintah berhasil dilaksanakan.
Jika banyak elemen masyarakat bergolak, tentu bukan tanpa alasan. Presiden juga tidak bisa mengandaikan bahwa seluruh elemen itu adalah orang-orang yang tidak tahu apa yang mereka lakukan.
"Bersama Indonesia Bisa" slogan yang disampaikan Presiden dalam pidato pelantikannya, dengan meringkas program kerjanya dalam 100 hari, 1 tahun dan 5 tahun, memang pantas dievaluasi. Presiden mestinya tidak bisa mengatakan dengan santai, "100 hari itu biasa...tanpa telor."
Boleh nggak pak kalau rakyat meminta program 100 hari itu sesuatu yang spesial, pakai telor?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H