Mohon tunggu...
Paulus Waris Santoso
Paulus Waris Santoso Mohon Tunggu... lainnya -

aku suka pelangi. dia suka memberi rasa. rasa akan hidup yang beraneka warna. warna-warna indah kebijaksanaan. pelangi kebijaksanaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Merayakan Perbedaan: Multicultural Festival

14 Maret 2010   12:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:26 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada lebih dari 200 suku bangsa, ada lebih dari 230 bahasa, ada lebih 120 kepercayaan, namun berada dalam satu komunitas. Inilah Melbourne (baca VICTORIA). Semangat bahwa meskipun berbeda tetapi tetap satu, itulah yang hendak dikedepankan dalam perayaan aneka budaya yang berbeda ini.

Sore tadi, saya menyempatkan diri ke pusat kota melihat-lihat keramaian. Betapa terkejutnya saya ketika menjumpai ada acara yang sungguh menawan hati. Multicultural Festival. Ada makanan, musik, hasil kerajinan, tarian, dan masih banyak lagi. Spontan saya ingin mencari gerai Indonesia.

Hampir satu jam saya memutari area Federation Square untuk mencari lokasi budaya Indonesia. Akhirnya saya temukan di bagian kerajinan dan pernak pernik. Saya datang sudah sore ketika acara sudah hampir berakhir. Berbeda dengan festival yang lain, misalnya Moomba, yang dihelat 3 hari. Festival aneka budaya ini hanya dihelat 6 jam, mulai jam 12 siang hingga jam 6 sore.

Di gerai dengan bendera Indonesia itu tidak tertulis nama Indoensia seperti gerai yang lain yang memampangkan nama negaranya. Di gerai tersebut hanya ada lambang bendera. Sedangkan nama gerainya adalah om desaigns. Saya tidak mewawancarai pemilik gerai untuk bertanya mengapa ia tidak mencantumkan nama Indonesia di sana. Karena yang menjaga gerai adalah seorang ibu bukan orang Indonesia. Mungkin suaminya yang orang Indonesia. Akhirnya saya hanya melihat-lihat berbagai pernak-pernik khas Bali yang ia jajakan.

Kemudian saya beringsut ke area makanan. Saya masih penasaran ingin mencari gerai orang Indonesia. Tetapi saya harus kecewa, karena tidak berhasil menemukannya. Yang saya temukan hanya gerai dengan ‘menu asia’. Sekali lagi saya terheran-heran. Mengapa mereka tidak menyebut negaranya, berbeda dengan gerai-gerai makanan dari berbagai negara Eropa, Amerika dan Afrika. Mereka jelas menyebut nama. Padahal di Melbourne banyak berdiri warung makan dari berbagai negara Asia semisal; Thailand, Vietnam, Jepang, India, juga Indonesia.

Karena kecewa tidak menemukan yang saya cari, akhirnya saya mencari tahu mengenai festival ini sendiri. Betapa terperangahnya saya tatkala menemukan gagasan luar biasa yang hendak diusung oleh panitia.

Festival aneka budaya ini rupanya hendak mengakomodasi berbagai budaya yang ada di Victoria. Tiap budaya memiliki keunikan, maka sangat menarik ketika diberi wadah untuk menampilkannya. Kegiatan festival ini sendiri tidak memiliki tujuan mencari keuntungan. Tujuannya adalah menjadi wadah bagi berbagai budaya untuk ‘unjuk kebolehan’.

Misi mereka pun sangat menawan hati. Yaitu untuk membina dan menghormati keragaman budaya melalui promosi, peningkatan dan perayaan seni aneka budaya di Victoria/ Australia. Kemudian festival ini menawarkan kesempatan bagi para seniman dan masyarakat dari budaya dan bahasa yang sangat beragam itu untuk menampilkan bakat-bakat mereka yang luar biasa kepada masyarakat luas.

Perbedaan itu bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk dikembangkan. Kemampuan menghormati budaya orang lain itu tidak lahir begitu saja. Membutuhkan proses yang lama. Namun awal dari semuanya itu adalah bangga akan budaya sendiri. Bangga yang proporsional tentunya. Karena kalau bangga keterlaluan, yang muncul adalah merendahkan budaya lain, menganggap rendah orang lain yang berbeda bahasa, budaya, dan keyakinan.

Kawan, saya tertegun cukup lama di depan panggung. Meski jauh saya berusaha memotret apa yang mereka tulis di latar belakang panggung. Mereka adalah satu komunitas meski terdiri dari ratusan bahasa, budaya dan keyakinan. Bhineka Tunggal Ika, sunguh amat indah kalau bisa dijalankan. Saya sekali lagi, baru saja ikut menikmati bagaimana mereka merayakan perbedaan.

Salam

Melbourne, 14-03-10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun