Mohon tunggu...
Paulus Waris Santoso
Paulus Waris Santoso Mohon Tunggu... lainnya -

aku suka pelangi. dia suka memberi rasa. rasa akan hidup yang beraneka warna. warna-warna indah kebijaksanaan. pelangi kebijaksanaan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Maaf Ya, Stok Maaf habis!!

8 Maret 2010   23:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:32 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_89398" align="alignleft" width="350" caption="ilustrasi diunduh dari www.images.google.com.au"][/caption] Kawan, beberapa kali saya mendengar ungkapan seperti itu. “Maaf, persediaan maaf kami terbatas!” “Maaf, sudah tidak ada maaf lagi!” “Kemarin khan sudah dimaafkan, kok minta maaf lagi? Sudah ga ada nih persediaan maafnya!”

Agak lucu. Ya, agak lucu. Atau bahkan tidak lucu sama sekali. Seseorang mengatakan maaf, untuk mengatakan maafnya telah habis. Ya, tidak lucu sama sekali. Memangnya maaf itu bisa ditimbun, seperti orang menimbun stok pupuk, hingga suatu saat akan habis?

“Orang sabar ituada batasnya. Sekali dua kali masih bisa diberi maaf, tetapi kalau sudah ketiga kali atau keempat kali, tidak ada lagi maaf untuknya.”

Kawan, maaf , kalian mungkin menjadi bingung dengan yang saya tuliskan di atas. Kalau kalian bingung, artinya sama dengan saya yang bingung. Bingung karena sedari pagi disodori persoalan maaf dan memaafkan.

“SAMPAI BERAPA KALI KAMI HARUS MEMAAFKAN ORANG YANG BERSALAH KEPADA KAMI?”

Itu pertanyaan yang diajukan kepada saya, yang membuat saya bingung. Menurut saya sih, memaafkan itu khan tak ada batasnya. Khan kita tidak kehilangan apa-apa kalau memaafkan. Bukankah memberi maaf tidak membutuhkan banyak modal.

Itu yang membuat saya bingung. Saya sadar sesadar-sadarnya, kalau saya memaafkan, saya tidak kehilangan apa-apa, tidak ada yang berkurang dari diri saya. Tetapi mengapa saya terkadang, bahkan kerap kali enggan memberi maaf. Kalau pada paragraph awal tulisan saya, saya berkata “beberapa kali saya mendengar ungkapan seperti itu”, sebenarnya saya beberapa kali berkata seperti itu.

Saya sendiri heran. Kenapa saya begitu sulit memaafkan, bahkan kalau bisa membalas dendam. Mereka yang telah membuat hidup saya menderita harus mengalami penderitaan yangs ama beratnya seperti saya. Bahkan kalau bisa lebih berat lagi. Itu yang saya rasakan. Sehingga ketika ada orang yang datang kepada saya untuk meminta maaf, tidak jarang saya berkata: “TIDAK ADA MAAF BAGIMU!!”

Kawan, sedari pagi saya sungguh pening. Saya mengalami bahwa memaafkan itu tidak mudah, tetapi saya ditanya sampai berapa kali harus memaafkan. Haduhhhhhh. Ada-ada saja.

Akhirnya ketika pertanyaan ituterus menerus mendera saya, saya hanya bisa menjawab; kita berusaha saja untuk terus memaafkan. Meskipun saya sadar itu sulit. Siapa tahu kalau kita sudah terbiasa memaafkan orang yang bersalah kepada kita, kita juga mudah mendapat maaf tatkala membutuhkan.

Kawan, itu nasihat untuk diri saya sendiri. Saya akan belajar memaafkan. Bukan untuk berapa banyak, tetapi untuk seterusnya.Doakan saya agar bisa belajar memaafkan dengan baik dan mempraktikkannya dalam hidup saya.

Salam,

Melbourne, 09-03-10

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun