Mohon tunggu...
Paulus Waris Santoso
Paulus Waris Santoso Mohon Tunggu... lainnya -

aku suka pelangi. dia suka memberi rasa. rasa akan hidup yang beraneka warna. warna-warna indah kebijaksanaan. pelangi kebijaksanaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fine yang Tidak Fine

19 Januari 2010   10:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:23 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Awalnya saya begitu kagum, mengapa para sopir di Australia begitu mematuhi peraturan lalu-lintas. Saya sempat memuji kesadaran mereka. Hingga saya mengetahui ada Fine yang membuat hidup tidak fine lagi.

Adalah seorang ibu. Ia sempat kapok menyetir di Melbourne karena fine. Ia tidak menyadari telah melanggar lampu merah. Bahkan ia melanggar 2 kali. Maka tibalah di rumahnya tagihan untuk membayar pelanggarannya. Besarnya hampir mencapai $ 500.

Adalah seorang pelayan umat yang baru datang dari Indonesia. Ia sudah sangat berhati-hati, namun ia lena dan terlambat untuk mengurangi kecepatan di jalan menurun. Alhasil ia mendapatkan surat dari pemerintah setempat untuk membayar denda karena melebihi batas kecepatan.

Denda itu benar-benar membuat kami miskin. Kata seorang yang lain. Saya tidak sadar kalau sudah mesti mengurangi kecepatan. Trus kapan hari lupa memindahkan mobil. Aku hanya parker 1 jam, karena tidak ada tempat untuk 2 jam, dan aku lupa. Ya sudah…. Andai uang itu aku belikan teh kotak pasti dapat satu truk. Kata teman yang lain lagi.

Sekarang baru saya sadari sepenuhnya. Hokum dan peraturan dijalankan dengan ketat. Yang melanggar didenda sesuai aturan, tidak ada perbedaan. Tidak ada main sogok, tidak ada pungli. Itu yang membuat semua orang mentaati peraturan.

Selain denda juga ada sistim poin. Setiap pelanggaran poin seseorang dikurangi. Jika poinnya habis maka SIMnya dicabut. Sangat berat bagi orang-orang itu. Maka pilihannya adalah mentaati peraturan.

Apakah memang seperti itu mentaati peraturan? Hidup taat dan patuh hanya karena takut adanya hukuman? Menurut saya sangat kurang tepat. Hal itu sama dengan menakut-nakuti seseorang dengan neraka agar mau berbuat baik. Sangat tidak menarik cara sperti itu. Karena mestinya adalah menanamkan kemauan untuk berbuat baik, bukan karena ada neraka, tetapi karena kebaikan itu penting dan berguna.

Hukum dan peraturan itu dibuat agar hidup bersama menjadi lebih baik. Tentu hukum dan peraturan bisa diperbaiki dan dirubah, namun bukan dipermainkan. Hukum dan peraturan mestinya disadari bersama dan dijalani bukan karena ada ‘alat penakut’ di belakangnya. Tapi rupanya ‘alat penakut’ itu masih dibutuhkan.

Meski fine membuat hidup tidak fine, toh fine masih dibutuhkan. Tentu untuk menjamin hidup bersama menjadi fine. Yah, semoga kalian fine-fine saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun