Mohon tunggu...
Paulus Waris Santoso
Paulus Waris Santoso Mohon Tunggu... lainnya -

aku suka pelangi. dia suka memberi rasa. rasa akan hidup yang beraneka warna. warna-warna indah kebijaksanaan. pelangi kebijaksanaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suami - Istri Idaman

27 Desember 2010   02:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:21 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang mengatakan bahwa dibalik kesuksesan seorang suami ada seorang istri yang baik. Saya kok kurang setuju dengan gagasan tersebut. Karena seorang istri berada tidak lebih rendah atau lebih tinggi dari suami. Mereka sejajar. Bukan juga di belakang atau di depan, tetapi di samping.

Dalam catatan kecil ini, sosok yang hendak saya kedepankan sebagai contoh adalah figur suami. Meski demikian, karena suami dan istri itu berdiri sejajar, maka catatan ini juga berlaku bagi seorang istri. Yaitu satu syarat menjadi suami – istri idaman, yaitu bisa dipercaya.

Mengambil istri

Ada cerita yang terjadi sekian puluh abad yang lampau. Di mana seseorang sudah mendapatkan jodohnya sejak dia dilahirkan. Dalam beberapa suku di Indonesia hal semacam ini juga terjadi. Misalnya budaya pareban di Batak.

Adalah Yusuf, dia memiliki calon istri bernama Maryam. Menurut cerita, Yusuf sudah cukup berumur. Dikenal sebagai lelaki yang tulus hati. Tidak suka membuat keributan atau hal-hal yang memancing keributan. Tidak banyak bicara namun suka bekerja.

Ia memiliki usaha permebelan. Bukan sesuatu yang besar, namun cukup untuk hidup sehari-hari. Itu usaha turun temurun yang terus ia pertahankan. Dia hidup sederhana di kampungnya, yang juga sederhana adanya.

Meski sudah lama bertunangan, Yusuf belum mengambil Maryam sebagai istrinya. Pertunangan itu jangan dipandang sebagai pertunangan seperti sekarang kita memahami. Itu lebih dekat dengan jodoh yang sudah ditentukan. Kalau mereka belum hidup sebagai suami-istri, itu karena Maryam masih terlalu muda. Yusuf mesti menunggu hingga waktunya tiba.

Tentu saja mereka kerap berjumpa. Rumah mereka tidak terpisah jauh. Kerap kali Maryam juga mampir di bengkel mebel Yusuf. Sekadar main atau menghantar makanan. Apalagi kampung mereka tidak banyak penduduknya. Pekerjaan di bengkel juga tidak sangat banyak.

Di saat itulah Yusuf mengetahui bahwa Maryam sudah hamil. Bukan hal yang mudah menerima kenyataan bahwa pasangannya sudah hamil, padahal ia tidak pernah menyentuhnya. Sementara Maryam juga tidak menjelaskan dengan baik bagaimana hal itu bisa terjadi. Ia hanya mengatakan bahwa ia tidak pernah berhubungan dengan seorang priapun.

Aneh! Bagaimana bisa seseorang mengandung tanpa kerja sama dari seorang lelaki? Yusuf juga tak habis pikir, tetapi ia seorang gentleman. Dia tidak mau mempermalukan Maryam di depan orang banyak. Dia mau melepaskan haknya untuk menikahi Maryam dan diberikan kepada lelaki yang telah membuattunangannya mengandung.

Di saat mempertimbangkan maksud itulah ia mendapat wangsit, suara malaikat dalam mimpi. Bahwa bayi yang berada di dalam kandungan Maryam bukanlah dari seorang lelaki. Tuhanlah yang menyebabkannya. Tuhan memiliki rencana atasnya. Sebangun dari Tidur, Yusuf mengambil Maryam sebagai istrinya. Ia sungguh memercayai bahwa istrinya tidak main-main.

Dipercaya karena percaya

Yusuf adalah seorang suami idaman. Dia seorang lelaki yang pantas dipercayai, karena ia mampu memercayai. Tidak banyak orangs eperti dia. Yang banyak adalah orang merasa diri pantas dipercayai, tetapi tidak mampu memercayai orang lain. Banyak suami merasa diri pantas dipercayai, tetapi ia tidak mampu memercayai istri dan apalagi anak-anaknya.

Bagi saya inilah bagian yang sangat berat, yaitu berani memercayai. Dalam pengalaman saya di dunia kerja, berani memercayai orang lain itu juga bagian yang berat. Yang senior berani memercayai yang junior, juga sesuatu yang tidak mudah. Ada kekhawatiran bahwa segalanya tidak akan berlangsung baik. Ada kecemasan bahwa segala-sesuatunya tidak akan berjalan sesuai rencana.

Sebaliknya, tidak dipercayai adalah suatu keadaan yang sangat menyesakkan. Tidak ada seorangpun yang menginginkan dirinya tidak dipercayai. Demikianpun suami atau istri. Ketika salah satu dari mereka merasa atau memang tidak dipercayai, kelangsungan rumah tangga mereka terancam.

Seorang istri dan suami yang dipercayai oleh pasangannya akan mampu bekerja dengan baik. Tidak ada perasaan was-was. Mereka bisa bebas beraktivitas. Tentu saja hal itu mesti dipertanggungjawabkan. Bahwa mereka sungguh-sungguh melakukan yang terbaik, dan karena itulah pantas dipercayai.

Maka kriteria pertama untuk suami dan istri idaman adalah pribadi yang bisa dipercaya. Yang kedua yang tidak bisa dipisahkan dari yang pertama adalah pribadi yang mampu memercayai pasangannya. Yusuf memercayai Maryam sepenuh hati. Karena itu ia pantas dipercayai. Maryam pun memercayai Yusuf sepenuh hati, maka ia juga pantas dipercaya.

Salam,

Melbourne, 27/12/2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun