Mohon tunggu...
Paulus Waris Santoso
Paulus Waris Santoso Mohon Tunggu... lainnya -

aku suka pelangi. dia suka memberi rasa. rasa akan hidup yang beraneka warna. warna-warna indah kebijaksanaan. pelangi kebijaksanaan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dibutuhkan: Orang-orang Tulalit!

2 Desember 2010   10:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:05 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Teman, tulisan ini bukan saya tujukan kepada admin kompasiana. Tulisan ini saya tujukan kepada teman-teman kompasioner yang sukanya ‘ngrusuhi’ rumah tangga orang lain. Agar lebih jelas saya beri contoh demikian, jika saya seorang Katolik dan suka menulis tentang agama orang lain, jika saya suka menulis mengenai keburukan orang lain, dan sejenisnya. Kepada merekalah tulisan ini saya tujukan.

Mereka itu saya anggap orang-orang tulalit. Kalau mereka itu dibutuhkan, apakah kegunaannya? Mereka dibutuhkan untuk merusak keadaan yang baik. Mereka dibutuhkan untuk menciptakan perpecahan dan rasa saling curiga. Mereka dibutuhkan untuk membunuh nilai-nilai kehidupan.

Nggak usah digubris

Beberapa waktu yang lalu, kompasioner Inge bertanya kepada saya. Mengapa saya tidak pernah mau menanggapi tulisan-tulisan mengenai ‘kekatolikan’ yang dibuat oleh kawan yang bukan katolik. Waktu itu saya menjawab demikian, “tidak ada gunanya menanggapi tulisan-tulisan yang tidak mencerahkan. Orang-orang seperti itu tidak bisa diajak diskusi dengan baik, karena niat dari hatinya sudah tidak baik. Biarkan saja dan mari kita sebarkan nilai-nilai yang lebih memupuk kehidupan”.

Saya tidak mau menggubris, karena pasti ada yang akan menggubris. Pasti akan ada yang menanggapi. Dan dari sekian banyak kompasioner, pasti ada yang jernih hati nuraninya, bisa menangkap mana yang baik dan tidak. Mana yang membangun dan mana yang memecah belah.

Selain tulisan mengenai agama, saya kerap dikirimi link oleh seorang kompasioner tulisan mengenai Israel. Saya tidak tahu mengapa dia selalu menulis tentang Israel, atau Yahudi. Sejauh ini link-link yang dikirimkan itu belum ada satupun yang saya tanggapi. Saya berpikir bahwa lebih baik memberi sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan di sekitar saya, dari pada meributkan sesuatu yang jauh dari kehidupan saya. Apalagi jika yang saya ributkan itu sesuatu yang memupuk rasa benci. Sungguh itu sesuatu yang tidak ada gunanya sama sekali.

Dibutuhkan?

Pada kalimat pembuka tulisan ini saya mengatakan bahwa mereka dibutuhkan untuk merusak tatanan yang baik. Mereka hadir untuk mengacaukan kehidupan. Dengan menaburkan kebencian dan praduga yang salah, mereka hendak mematikan benih kehidupan bersama.

Di lain pihak, kehadiran mereka memang sungguh dibutuhkan. Mereka dibutuhkan untuk memurnikan hati kita sendiri. Ketika mereka menulis sesuatu yang tidak baik, yang meresahkan, yang tidak membangun; dan hati kita terusik, marah, kecewa, geram; berarti hati kita terasah ke arah yang sehat. Hati kita dibantu untuk menatap dan menjejak tempat yang tepat. Kita dibantu untuk menentukan sikap.

Orang-orang yang hadir untuk membuat suasana resah ini akan selalu ada. Ia tidak akan hilang dengan hanya menghapus nama mereka dari daftar anggota. Mereka akan tetap hadir dalam aneka bentuk. Juga dalam kehidupan kita sehari-hari, mereka selalu hadir. Maka sekadar menghapus keberadaan mereka, atau menerapkan tata aturan yang sangat ketat, tidak akan banyak mengubah keadaan.

Pilihan

Menyebarkan nilai-nilai kehidupan atau kebencian dan kematian adalah sebuah pilihan. Berdebat, meskipun tidak akan ada kata sepakat, atau menyajikan sesuatu yang lebih berguna bagi sesama juga pilihan.

Pilihan itu kembali kepada hati kita. Dan tentunya pilihan kita akan menunjukkan kualitas kita. Siapakah diri kita, penabur benih kehidupan atau pemecah belah kehidupan.

Mungkin saya belum menjadi seorang penyebar kehidupan yang mumpuni. Yang tulisan-tulisan saya menyejukkan banyak hati. Namun saya berusaha untuk menulis sesuatu yang bisa dicerap oleh semua orang. Yang memberi manfaat bagi semua golongan. Itu adalah pilihan. Dan pilihan itu mesti diperjuangkan.

Tadi saya membaca tulisan Ibu Linda yang marah (semoga pilihan kata saya tepat) kepada admin kompasiana. Tentu ada alasan yang sangat kuat sehingga beliau memilih untuk marah. Dan kalau saya baca, itu didasarkan pada cintanya akan nilai-nilai hidup yang agak dilecehkan. Persoalan persisnya saya kurang paham. Tetapi saya hanya hendak berkata bahwa Ibu Linda memilih untuk mempertahankan nilai-nilai hidup yang luhur.

Penutup

Orang-orang yang suka menyebarkan nilai-nilai pemecah belah saya sebut sebagai orang-orang tulalit. Orang-orang yang cara bernalarnya kurang lengkap. Mereka hanya melihat satu sisi dan tidak beruaha melihat sisi yang lain.

Mereka tidak memahami bahwa dengan menyebarkan benih-benih kematian, mereka sendiri akan mati. Sedangkan kalau mereka memilih menyebarkan nilai-nilai kehidupan, hidup mereka sendiri akan bertumbuh dengan baik. Kawan, semoga kita tidak menjadi orang-orang tulalit yang lain.

Salam

Melbourne, 2/12/2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun