Mohon tunggu...
Paulus Waris Santoso
Paulus Waris Santoso Mohon Tunggu... lainnya -

aku suka pelangi. dia suka memberi rasa. rasa akan hidup yang beraneka warna. warna-warna indah kebijaksanaan. pelangi kebijaksanaan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Awalnya Terbakar Cemburu… (3-Habis)

12 Mei 2010   22:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:14 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Acara berjalan meriah. Semua yang datang saling melempar senyum. Acara di katedral berlanjut di lapangan olahraga DEMPO dengan makan malam dan resepsi. Semua masih saling melemparkan senyum dan jabat erat tangan terus saja bersambut. Malam itu tiba-tiba si tengil menjadi pusat perhatian. Kemeriahan pesta masih berlangsung hingga beberapa saat. Hingga tibalah tour misa perdana. Malang selatan mendapat pilihan pertama disambung ke Jawa Tengah dan ke Medan menjadi perjalanan terakhir sebelum memasuki medan karya.

Hidup memang selayaknya pesta yang mesti dirayakan. Namuan hidup tak selamanya berasa pesta yang meledakkan rasa suka setiap saat, di mana setiap orang saling melemparkan senyum. Tak jarang begitu sulit menemukan satu senyum di pagi hari yang bisa membuat hati berseri. Tak jarang yang ada hanya sungut yang membuat hidup menjadi cemberut.

Toh semua mesti dijalani. Roda hidup itu berputar. Terkadang di bawah terkadang di atas. Jika mau terus di bawah atau mau terus di atas, roda itu tidak akan pernah ke mana-mana, ia hanya akan diam di tempatnya. Tempaan itu membawa langkah pada pengalaman yang berbeda. Membawa kepada tempat yang lebih tinggi. Sekali lagi, hidup itu seperti roda, kadang di atas kadang di bawah. Roda itu bergerak karena ada yang diam yang menggerakkannya bernama as. Jika tidak ada as di tengah-tengah roda, niscaya roda itu tidak akan ke mana-mana juga. As itu diam tetapi menggerakkan.

Dalam bergerak ada diam. Dalam diam kita bergerak. Diam itu hening, bergerak itu hidup. Menemukan hidup dalam keheningan. Menemukan keheningan di dalam kegaduhan dan kebisingan hidup. Itulah tantangan yang sesungguhnya bagi jiwa-jiwa muda yang karena posisinya sebagi utusan Tuhan, mesti menjadi tua. Mereka mesti menemukan saat-saat yang tepat untuk diam dan bergerak. Untuk bergerak dalam diam dan diam dalam bergerak.

Pusaran dan putaran waktu yang kerap memusingkan dan menggetarkan itu terlampau sayang kalau kebat begitu saja. Ia mesti ditangkap sejenak. Diabadikan dalam kenangan dilemparkan sebagai surat. Kalau memungkinkan dituangkan dalam catatan. Terkadang boleh juga dalam bentuk gambaran. Apalagi dunia tekhnologi telah berkembang sedemikian hebat. Seolah-olah jarak seperti tidak ada lagi. Maka menangkap pesan dari kehdiupan dan membagikannya menjadi keniscayaan. Yahh, sekadar berbagi semangat kehidupan. Demi baik dan tumbuhkan tunas baru yang diharapkan akan bermekaran.

Semangat itu mendasari si tengil untuk mulai rajin membuat catatan. Catatan kecil yang berserakan mulai ia rapikan. Ia temukan teman bernama fesbuk. Ia simpan catatan-catatan kecilnya di sana. Awalnya asal membuat catatan. Asal membuat status. Namun muncul kesadaran baru untuk menjadikan teman baru itu sebagai sarana berbagi nilai kehidupan, sarana pelayanan. Ia bagikan segenggam sari makanan yang ia sebut sarapan pagi. Sebuah catatan ringan mengenai bacaan dari Kitab Kehidupan hari itu.

Di perantauan ini, di negeri kangguru, ia bertemu teman baru bernama kompasiana. Ia simpan juga setiap catatan hasil goresan menangkap gagasan di sana. Teman baru ini memberi tantangan baru. Berjumpa dengan berbagai manusia dari berbagai latar belakang yang berbeda dan saling berhubung dan berbagi memberi banyak arti untuk hidup. Ada yang suka mengajak berkelahi, ada yang suka menulis puisi, ada pula yang rajin menyirami dengan pupuk subur tulus hati. Semuanya bertaut menjadi satu dalam sulaman yang elok menarik hati.

Hingga hari ini, telah lima tahun pesta itu berlalu. Telah banyak purnama datang silih berganti. Teman lama pergi teman baru menanti. Semua menjadi begitu menggembirakan di tanah asing ini. Tak bisa disangkal bahwa si tengil itu telah dibawa pada satu titik yang selama ini ia perjuangkan. Titik memahami kehendak junjungannya. Kehendak Sang Murbeng jagad. Titik untuk memahami bahwa Dia sungguh menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya.

Bahwa Ia akan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya, memang terlaksana. Sungguh indah sesuai dengan kehendak-Nya, bukan kehendak mereka. Bukan menurut waktu dan kehendak si tengil, yang setelah sekian tahun tetap juga tengil, bahkan makin tengil, tetapi menurut waktu-Nya.

Meski tengil ia tetap berbangga karena mulai merasakan betapa waktu Tuhan itu indah. Meletakkan semuanya pada kehendak dan rancangan-Nya sangatlah membahagiakan. Maka lantunan murid-muridnya sewaktu tahbisan yang dulu tak begitu jelas ia pahami, kini kerap ia ulangi dan mulai dihayati dalam hati.

Here I am Lord

Is it I Lord?

I have heard you calling in the night

I will go Lord

If you lead me

I will hold your people in my heart.

…%%%...

Kawan, mewakili si tengil dan teman-temannya, saya menyampaikan banyak terimakasih atas dukungan doa dan lontaran semangat yang terus diberikan kepada mereka. Semoga tidak lelah mendukung dan memberi semangat, agar mereka selamat sampai akhir. Limatahun langkah awal mereka, bak masa bulan madu meski perdu tak jarang mereka jumpai. Masih ada tahun-tahun membentang yang jika Tuhan berkenan mesti mereka jelajahi. Uluran tangan pemberi kekuatan, lantunan doa pemberi keteguhan, niscaya mereka perlukan selamanya. Terkadang mereka juga tersuruk dan jatuh dalam kebodohan dan dosa, kiranya kalian sudi membantu mereka bangkit lagi dan kembali berjalan seperti kehendak-Nya.

Tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun