Mohon tunggu...
Paulus Waris Santoso
Paulus Waris Santoso Mohon Tunggu... lainnya -

aku suka pelangi. dia suka memberi rasa. rasa akan hidup yang beraneka warna. warna-warna indah kebijaksanaan. pelangi kebijaksanaan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bermain Sudoku

7 Maret 2010   21:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:33 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_88588" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi salah satu soal SUDOKU saya unduh lewat www.images.google.com.au"][/caption] Permainan SUDOKU bukanlah kesukaanku. Mencocok-cocokan angka, yahhh melihatnya saja sudah memeningkan kepala. Sekitar satu semester silam, temanku semasa SMA bercerita asyiknya bermain SUDOKU. Namun aku belum melihat keasyikannya.

Tiga bulan tinggal bersama dalam rumah baru, penghuni baru, membuat aku mesti banyak belajar hal baru. Ada satu anggota tempat tinggalku hobi main SUDOKU dan aneka teka-teki silang. Kebetulan surat kabar di sini setiap hari selalu menyajikan aneka permainan seperti itu.

Dari hanya melihat akhirnya tergoda juga untuk memulai mencoba. Seminggu pertama belum pernah sekalipun saya berhasil melengkapi satu kotak pun. Hal ini membuat saya hendak menyerah, buang-buang waktu saja. Hingga akhirnya saya menemukan sedikit kunci masuk. Yaitu jangan langsung mencoba membuat satu garis atau satu kotak menjadi penuh. Tetapi taruhlah satu angka dalam setiap sembilan kotak. Tentu saja sambil memerhatikan posisi angka tersebut pada lajur dan kolom yang ada agar tidak bersinggungan. Bagi saya ini klu yang baik.

Klu, atau sedikit jalan masuk mengisi SUDOKU ini membangkitkan semangat saya. Setiap pagi saya adalah selalu orang pertama yang membuka koran. Ini menjadi aktivitas pagi saya selain menyiapkan dapur untuk sarapan pagi. Dan mengisi SUDOKU menjadi aktivitas menyenangkan lain yang selalu menantang untuk saya kerjakan.

Meski telah menemukan klu untuk mengerjakan tantangan SUDOKU, sampai sekarang saya baru berhasil mengerjakan sampai selesai soal SUDOKU itu satu kali saja. Toh demikian, makin hari saya makin suka mengisi kotak-kotak itu. Klu yang saya temukan menantang saya untuk terus mencoba dan mencoba. Tanpa terasa, semakin lama SUDOKU membuat saya terlena. Apalagi kalau teman serumah sudah bertanya, ‘sudah penuh belum?’ Dan saya hanya bisa menjawab, ‘hampir!’

Bagi saya bermain SUDOKU menjadi begitu menyenangkan karena permainan ini mengingatkan saya akan hidup saya sendiri. Setiap hari saya memulai dengan sesuatu yang baru. Ada yang biasa dan ada yang luar biasa. Selalu ada hal baru yang saya jumpai. Terkadang menyenangkan namun tak jarang banyak yang memusingkan. Berbagai persoalan dan keruwetan-keruwetan.

Kerap saya nyaris menyerah menghadapi berbagai persoalan yang mendera. Persis seperti awal-awal bermain SUDOKU. Namun ketika berhasil menemukan klu yang bisa dipakai untuk mulai mengurai tiap masalah, semangat itu bangkit lagi.

Sesekali memang keruwetan persoalan bisa diurai dengan baik, namun tak jarang ada terlalu banyak keruwetan. Sehingga untuk mulai mengurai saja sudah malas. Lebih enak untuk lari dan melupakan keruwetan dengan berbagai hal yang lain. Untuk sementara sepertinya persoalan selesai, meski sebenarnya semakin menjadi-jadi.

Menemukan klu untuk memulai mengurai setiap persoalan menajdi penting. Karena dari sana saya bisa mulai memilah dan mengurai tiap kekusutan hidup. Memang, menemukan klu saja belum menyelesaikan persoalan. Namun dengan menemukan klunya, sudah ada secercah jalan untuk menyelesaikan. Berikutnya tinggal kemauan. Jika mau menyelesaikan persoalan dan kekusutan, maka mesti mau sedikit demi sedikit melangkah, meluruskan yang kusut.

Kawan, saya bermain SUDOKU dulu ya. Sambil memikirkan mau meletakkan di mana, saya juga mau memikirkan untuk meluruskan berbagai keruwetan pikiran. Semoga hari kalian tidak mengalami banyak keruwetan.

Salam

Melbourne, 08-03-10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun