Mohon tunggu...
Paulus Waris Santoso
Paulus Waris Santoso Mohon Tunggu... lainnya -

aku suka pelangi. dia suka memberi rasa. rasa akan hidup yang beraneka warna. warna-warna indah kebijaksanaan. pelangi kebijaksanaan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tuhan, Engkau Emang Suka Bercanda! (1)

16 Februari 2010   06:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:54 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_75426" align="alignnone" width="500" caption="syuting siaran berita pagi dari tv9 Melbourne (foto koleksi pribadi) "][/caption] Tuhan itu lucu dan suka bercanda. Ungkapan ini beberapa kali saya lontarkan. Tentu saja semuanya berangkat dari pengalaman pribadi, dari kebodohan-kebodohan pribadi. Hari ini saya mengalaminya lagi, dan terpikir untuk membagikannya. Siapa tahu bisa memberi sedikit penghiburan bagi yang lain.

Hari ini saya mesti menghadiri pertemuan para pendamping migrant di kota Melbourne. Pertemuan ini diadakan 2 bulan sekali. Kali ini pertemuan diadakan di Kew, sudah di luar city. Sebagai orang baru, dan tidak memiliki kendaraan pribadi, saya mesti bisa menghitung dan mengenali keadaan.

Berbekal buku Melway, yaitu petunjuk jalan-jalan dan jalur-jalur kendaraan umum, saya berangkat. Saya memberi tenggat waktu 2 jam agar tidak terlambat, karena dari perhentian tram masih mesti jalan kaki menyebrang sungai, dan masih mesti mencari di mana persis tempat pertemuan.

Ini kelucuan dari Tuhan yang saya alami. Setiap kali saya terburu-buru, sedikit tidak tenang, Tuhan pasti suka menggoda. Dengan bergegas saya berlari menuju halte tram. Selang beberapa saat tram datang dan saya naik masuk ke dalamnya. Saya ambil dompet untuk validasi karcis, dan ting-tong… karcis saya ketinggalan.

Hmmm bahaya. Kalau ketahuan petugas saya bisa kena denda 140 dollar. Di dalam tram disediakan tempat untuk beli karcis, tetapi hanya bisa menggunakan koin, sedangkan saya tidak membawa koin. Yahh, saya mesti turun untuk membeli karcis. Di halte berikutnya saya turun dengan niat hendak membeli karcis, tetapi di mana? Akhirnya saya putuskan jalan kaki menuju stasiun, tidak saya hitung jaraknya, pasti masih jauh.

Dengan sesekali berlari, saya mencoba memangkas rute, saya pilih menyusuri pinggiran sungai Yarra di samping Crown Casino. Yah sekalian cuci mata dengan pemandangan di sekitar casino, selama ini hanya saya pandang dari dalam tram. Saat berlari itulah Tuhan memberikan lelucon-Nya lagi.

[caption id="attachment_75427" align="alignnone" width="500" caption="sesi 'menu hari ini' dari ninenews (foto koleksi pribadi)"][/caption] Ada siaran langsung berita dari stasiun 9 (nine) Melbourne. Hmm, jangan disia-siakan. Saya lihat jam, hmm kalau berhenti barang 5 menit toh saya masih punya cukup waktu. Akhirnya saya berhenti sejenak mengamati siaran langsung berita pagi dari tepian sungai Yarra. Tentu tidak lupa saya jeprat-jepret mengambil gambar.

[caption id="attachment_75429" align="alignnone" width="455" caption="monumen berbentuk huruf 'e' dengan latar belakang gedung eureka yang dilambangkannya (foto koleksi pribadi)"][/caption] Setelah merasa cukup saya kembali berlari melanjutkan perjalanan. Karena jalan ini belum pernah saya lewati, maka mesti tolah-toleh memastikan arah. Arah kaki saya langkahkan ke stasiun Flinders. Tiba-tiba mata saya terantuk pada sebentuk monument dengan tulisan e sebagai fokusnya, saya berhenti dan melihat sekeliling, hmmm rupanya saya berada di depan EUREKA TOWER, gedung tertinggi di kota Melbourne. Selama ini saya hanya memandangi puncang gedungd ari balik kamar, hari ini saya melewati pelatarannya. Saya keluarkan kamera dan mengambil beberapa gambar, kemudian melanjutkan lari memburu waktu. (cerita mengenai eureka tower kapan-kapan saya unggah.)

Satu lagi pengalaman baru telah saya terima dari Tuhan. Ia suka sekali bercanda dengan memberi sesuatu yang mengejutkan. Kita bisa melihatnya sebagai kebetulan belaka, tetapi saya melihatnya sungguh sebagai penyertaan Tuhan. Ia selalu mengingatkan agar semua dipersiapkan, agar saya tidak teledor, tetapi bersama itu, Ia juga memberi kejutan-kejutan yang menghibur. (bersambung)

melbourne, 16-02-10 (ini ada bonus satu foto)

[caption id="attachment_75434" align="alignnone" width="500" caption="landskap kota Melbourne dari beranda belakang tempat pertemuan kami dihelat (foto koleksi pribadi)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun