Hari ini saya nonton tennis. Bukan sembarang tennis, tapi kejuaraan paling bergengsi di dunia tennis, yaitu Grand Slam, Australia terbuka. Sudah seminggu ini saya dag-dig-dug, hahahahaha, orang kampung mau nonton kejuaraan dunia. Biasanya saya suka mengikuti siaran tennis dari televisi. Kebetulan sekarang saya tinggal di Melbourne, dan kebetulan hari Senin adalah waktu bebas bagi saya, maka saya sempatkan untuk nonton. Pagi hari pikiran sudah gelisah tidak karuan. Cuaca dingin mencapai 12 derajat, cukup dingin bagi saya, ditambah hujan yang turun dengan lebatnya. Saya berharap agak siangan hujan reda. Setelah mengikuti misa kudus langit mulai cerah, hati pun ikut cerah. Berbekal kamera, payung, air minum, dan tentu saja uang untuk beli karcis dan makan siang, saya berangkat menuju kota. Perjuangan di mulai saat ngantri tiket. Karena di pusat informasi hanya ada satu loket. Ya udah saya langsung ikut nyemut di belakang. Rupannya yang melayani hanya dua orang. Meski begitu tidak ada yang protes, semua antri dengan tertib. setalah hampir sejam ngantri, tiba-tiba hujan datang. Kepalang tanggung, karena juga tidak ada yang beranjak dari antrian, kami melindungi diki kami masing-masing. Aku ambil payung dan langsung kubuka. Slappss, payungku langsung membentuk cawan. Angin kencang tak kuasa ditahan oleh jeruji-jeruji kecil penahan payung. Minimal bisa menghalangi datangnya air. Hujan hanya berlangsung 5 menit-an dan cerah kembali. Setelah mendapat tiket saya langsung menuju Melbourne Park tempat dihelatnya kejuaraan tennis tersebut. Karena saya membeli tiket yang paling murah, maka saya hanya bisa melihat pertandingan 'kelas kroco'. Tapi asyik juga, karena bisa pindah-pindah lokasi. Bosan dengan satu pertandingan pindah nonton pertandingan yang lain. kebetulan yang bermain hari ini banyak ceweknya, maka mencari yang menyenangkan untuk ditonton. Setelah capek putar-putar, perut minta perhatian. Ternyata emang sudah hampir jam 2pm. Sambil beli makan siang saya perhatikan layar monitor yang menyajikan pertandingan dari lapangan utama. Maria Kirilenko yang tidak diunggulkan mampu mengalahkan Maria Sharapova yang diunggulkan di tempat ke-14. Sedih rasanya melihat petinis cantik itu kalah. Tiba-tiba saja saya nggak lapar lagi. Karena saya berharap petenis Rusia ini bisa melangkah lebih jauh. Kejutan besar, kata reporter. Iya, memang kejutan besar. Persis seperti jalan hidup yang terkadang sulit ditebak. Ada banyak kejutan yang menghiasai. Jika tidak siap kita akan tersungkur bersama kejutan itu, jika siap kita akan melangkah maju. Biarlah Maria yang cantik ini dikalahkan Maria yang lebih muda. Biarlah pertandinagn ini diwarnai kejutan-kejutan besar. Biar hidup menjadi menyenangkan, karena setiap orang menunggu, setelah ini apa? Dengan begitu semua orang akan berjaga-jaga, berhati-hati, mempersiapkan diri. Akhirnya saya tinggalkan area Australia Terbuka, aku langkahkan kaki menyusuri Sungai Yarra. Di sana ada dua kelompok anak sekolah sedang ebrmain Rowing. Hmm, sepertinya akan ada kejutan lagi di depan. Ahh, itu nanti saja diceritakan. Saat ini sudah cukup. Maria, karena kamu kalah di babak pertama, kamu bisa jalan-jalan di Port Melbourne, dekat rumahku. Kita bersepda bareng. Kalau itu terjadi, hemm ini sungguh kejutan besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H