Pertama kali melihat papan menu di sebuah rumah makan Malaysia saya dikejutkan dengan adanya menu Gado-Gado. Lebih terkejut lagi karena diberi penjelasan kalau Gado-gado itu saladnya Malaysia.
Wuih, marah rasanya. “Emang bener orang ini suka nyuri milik orang lain!” Gerutu saya.
Kemudian saya mengingat-ingat ada berapa lagi ‘sesuatu’ milik kita yang diklaim sebagai milik Malaysia. Tambah marahlah hati saya.
Akhirnya ketika seorang teman mengajak saya makan di rumah makan Malaysia, saya ingin mencoba menu Gado-Gado itu. Dan memang benar, di bawah menu Gado-Gado diberi keterangan Malaysian salad. Sewaktu mengetahui bahwa pelayannya tidak bisa bahasa Melayu atau Indo, saya berkomentar, “bah, kalian ini emang pencuri, hingga makanan juga kalian curi!”
Mendengar komentar saya, teman yang mengajak hanya bergumam lirih. “Emang kamu bisa membuktikan kalau Gado-Gado itu milik Indonesia? Kalau mereka marah dengan komentarmu, dan kamu dituntut di pengadilan, apa pembelaanmu bahwa kamu benar?”
Saya tidak menajwab dengan tegas. Saya hanya menggerutu, “tapi, itu khan emang milik kita!”
“Iya, buktinya apa? Apa kita pernah memelihara milik kita? Hingga orang lain sungguh tahu bahwa itu milik kita?”
Hmmm. Saya tidak menjawab, melainkan melanjutkan menikmati Gado-Gado yang ternyata tidak seenak Gado-Gado Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H