Dikalangan para tahanan politik ksatria madura dipandang sebagai orang alim berilmu tinggi, beliau bisa menjadi tabib mengobati sesama yang tengah terganggu kesehatannya juga menjadi pemimpin spiritual yang tak kenal lelah mengajarkan agama bagi siapapun yang merindu damai dalam jiwa.
Hari harinya  tetap dipenuhi dengan api perjuangan yang tak pernah padam dan diliputi keyakinan bahwa kelak akan tiba masanya ia bisa kembali pulang untuk melanjutkan perjuangan ditengah-tengah keluarga dan rakyat yang dicintainya.
Ksatria Madura ditakdirkan syahid dalam perjuangannya di pengasingan  selama (1746-1754) dan dikebumikan di pulau itu yang berjarak sekitar 50 mil dari cape town Afrika Selatan. Pada salah satu dinding makamnya tertera tulisan 'the grave of shaikh Mathura, the first man who reading holy Qur'an in south africa'
Nelson Mandela yang dipenjarakan selama 29 tahun oleh rezim apartheid di pulau itu masih menyimpan tanda tanya besar mengenai sosok misterius bernama Shaikh Mathura yang makamnya dikeramatkan dan hampir tidak pernah sepi diziarahi.
Ia mengakui sangat terinspirasi oleh sosok pejuang yang dalam pandangannya begitu tabah dengan jalan perjuangan yang menjadi pilihannya serta tetap tegar dalam memikul beratnya konsekuensi perjuangan yakni dibuang, dipenjara dan gerak geriknya senantiasa berada dalam pengawasan.Â
Nelson Mandela menyadari betapa hukumannya selama 29 tahun di Pulau Robben belumlah sebanding dengan sosok misterius di makam keramat itu yang dipenjarakan oleh penjajah, meninggal di pulau itu dan tak pernah kembali ke negerinya.
Panembahan Cakraningrat IV Kembangnga Nagara
Ksatria Madura tersebut bernama Raden Djoerit atau Pangeran Sosrodiningrat yang setelah berkuasa bergelar Sultan Abdurrahman Panembahan Cakraningrat IV, keratonnya di Sambilangan  sisi barat lautnya Bangkalan. Seorang ksatria sejati yang gugur sebagai Bunga Negara atau kembangnga Nagara dalam bahasa madura.Â
Merujuk beberapa sumber dan literatur ksatria madura ternyata memiliki beberapa nama atau sebutan antara lain Shaikh Mathura, Sayed Abduraghman Motura dan Panembahan Siding Kaap. Julukan yang terakhir dikarenakan ia wafat pada tahun 1754 di Kaap atau Cape Town, jenazah beliau kemudian dipindahkan oleh puteranya Cakraningrat V ke Madura untuk dikebumikan di Kompeks Pemakaman Aermata Ebhu.
Ksatria Madura telah tiada namun jejak perjuangannya menjadi inspirasi bagi generasi anak bangsa di seantero Nusantara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H