Mohon tunggu...
Warent Nteguh
Warent Nteguh Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Menulis, Membaca, Travelling, Game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Seorang Penunda, Perjuangan Mengatasi Prokrastinasi

2 Juli 2024   21:14 Diperbarui: 7 Juli 2024   14:44 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tantangan Seorang Penunda: Perjuangan Mengatasi Prokrastinasi

 

Mengenal Ahmad, Sang Penunda Ulung

Ahmad adalah seorang mahasiswa yang terkenal di kampusnya bukan karena prestasi akademik atau aktivitas ekstrakurikulernya, tetapi karena kebiasaannya menunda-nunda pekerjaan. Dari tugas kuliah hingga pekerjaan sampingan, Ahmad selalu berjuang melawan dorongan kuat untuk menunda-nunda.

Pagi yang Sulit Dimulai

Hari-hari Ahmad dimulai dengan alarm yang berdering keras pada pukul 7 pagi. Namun, Ahmad selalu menekan tombol snooze berulang kali, sehingga ia baru bangun jam 9 atau 10 pagi. Keterlambatan ini membuatnya terburu-buru dalam segala hal, dari sarapan hingga pergi ke kampus.

Tantangan Akademik

Di kampus, Ahmad sering kali menghadapi tugas-tugas yang diberikan oleh dosennya. Meski ia tahu bahwa tugas tersebut harus diselesaikan, Ahmad selalu merasa bahwa masih ada banyak waktu. Tugas yang seharusnya bisa dikerjakan dalam beberapa hari sering kali baru dimulai beberapa jam sebelum tenggat waktu. Alhasil, Ahmad sering kali harus begadang untuk menyelesaikan tugasnya, dengan hasil yang tidak maksimal.

Pekerjaan Sampingan yang Tertunda

Selain tugas kuliah, Ahmad juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai penulis lepas. Klien-kliennya sering kali memberikan tenggat waktu yang cukup panjang, namun Ahmad merasa aman dengan waktu yang masih tersedia. Ini membuatnya menunda-nunda hingga tenggat waktu hampir habis, menyebabkan tekanan yang besar dan kualitas tulisan yang menurun.

Aktivitas Sehari-Hari yang Terabaikan

Ahmad juga sering menunda-nunda aktivitas sehari-hari lainnya. Misalnya, ia selalu menunda mencuci pakaian hingga tidak ada lagi pakaian bersih yang bisa dipakai. Akibatnya, Ahmad sering kali harus mencuci pakaian di saat yang tidak tepat, seperti larut malam atau pagi hari sebelum kuliah.

Selain itu, Ahmad sering kali menunda berolahraga. Padahal, ia tahu bahwa olahraga penting untuk kesehatannya. Namun, Ahmad selalu memiliki alasan untuk menunda, entah karena lelah, malas, atau merasa bahwa ia bisa melakukannya nanti. Akibatnya, kesehatan dan kebugarannya menurun.

Keterlibatan Sosial yang Terbengkalai

Kebiasaan menunda-nunda Ahmad juga berdampak pada kehidupan sosialnya. Teman-temannya sering mengajak Ahmad untuk hangout atau berkumpul, tetapi Ahmad sering kali menunda memberikan jawaban atau bahkan membatalkan janji di menit-menit terakhir. Ini membuat teman-temannya merasa tidak dihargai dan hubungan sosial Ahmad pun semakin merenggang.

Mengapa Ahmad Menunda-nunda?

Ada beberapa alasan mengapa Ahmad selalu menunda-nunda. Pertama, ia sering merasa bahwa tugas yang harus dikerjakannya sangat membosankan atau terlalu sulit. Kedua, Ahmad memiliki kebiasaan buruk untuk mencari hiburan segera, seperti menonton video di YouTube atau bermain game, ketimbang menyelesaikan tugas yang sebenarnya lebih penting.

Selain itu, Ahmad sering kali merasa kewalahan dengan banyaknya tugas yang harus diselesaikan. Alih-alih menyelesaikan satu per satu, ia justru merasa terjebak dan tidak tahu harus mulai dari mana. Ini membuatnya memilih untuk tidak melakukan apa-apa dan menunda-nunda.

Dampak Terhadap Pendidikan Ahmad

Kebiasaan menunda-nunda Ahmad akhirnya berdampak serius pada pendidikannya. Karena sering menunda-nunda mengerjakan tugas, belajar untuk ujian, dan menyelesaikan proyek, Ahmad sering kali mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Akibatnya, ia harus mengulang beberapa mata kuliah dan bahkan kehilangan beberapa kesempatan penting seperti beasiswa dan program magang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun