Mohon tunggu...
Sahro Wardil Lathif
Sahro Wardil Lathif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berisi tulisan tulisan kegelisahan batin, dan pergolakan pemikiran serta action yang bisa ku lakukan

No Wa. 085815760283 Ig: wardil.lathif Fb: Wardil Lathif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ancaman Kesuburan Bangsa: Potensi Kehabisan Populasi di Indonesia

24 Juni 2024   05:56 Diperbarui: 24 Juni 2024   06:01 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dok.pribadi

Di tengah gembor-gemboran bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi pada tahun 2045, dunia internasional justru  dikhawatiran dengan krisis demografi. 

Fenomena penundaan pernikahan dan childfree atau orang-orang yang secara sadar dan aktif memilih untuk tidak memiliki anak kian marak. Hal ini dikhawatirkan akan berujung pada krisis demografi, seperti yang dialami negara-negara Asia Timur seperti Jepang, Cina, dan Korea Selatan.

Di negara-negara tersebut, banyak sekolah dasar yang tutup karena tidak ada muridnya. Angka kelahiran terus menurun, sementara angka harapan hidup meningkat, sehingga menyebabkan populasi menua dan berkurangnya tenaga kerja muda. Hal ini berdampak pada berbagai sektor, seperti ekonomi, kesehatan, dan keamanan sosial.

Tidak hanya di negara-negara tersebut saja, tren penundaan pernikahan dan childfree mulai terlihat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka pernikahan di Indonesia mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2021, angka pernikahan di Indonesia hanya mencapai 1,58 juta pasangan, turun dari 2,06 juta pasangan di tahun 2020.

Penurunan angka pernikahan ini diiringi dengan tren peningkatan usia pernikahan. Pada tahun 2021, rata-rata usia pernikahan di Indonesia adalah 27,1 tahun untuk pria dan 25,7 tahun untuk wanita. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata usia pernikahan di tahun 2000, yaitu 24,9 tahun untuk pria dan 21,8 tahun untuk wanita.

Tren childfree juga semakin marak di Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tingginya biaya hidup, tuntutan pekerjaan, dan perubahan gaya hidup.

Jika tren ini terus berlanjut, Indonesia juga berisiko mengalami krisis demografi yang serupa dengan negara-negara Asia Timur. Hal ini dapat berdampak pada berbagai sektor termasuk pendidikan. 

Krisis demografi ancaman serius bagi masa depan dunia pendidikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya bersama untuk mengatasinya. Dengan meningkatkan edukasi tentang pentingnya pernikahan dan anak, mendorong kebijakan yang pro-keluarga seperti pemberian tunjangan anak dan cuti melahirkan yang panjang, dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memiliki keturunan seperti anjuran Nabi Muhammad, maka kita dapat membangun masa depan bangsa yang lebih cerah.

Sumber ide: sambutan Ustadz H. AbdulGhofur, M. Pd. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun