Mohon tunggu...
Sahro Wardil Lathif
Sahro Wardil Lathif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berisi tulisan tulisan kegelisahan batin, dan pergolakan pemikiran serta action yang bisa ku lakukan

No Wa. 085815760283 Ig: wardil.lathif Fb: Wardil Lathif

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mudik Lebaran: Tradisi yang Mengantar Jutaan Perantau Menembus Jarak

30 Maret 2024   06:09 Diperbarui: 30 Maret 2024   06:41 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: bing.com

Lebaran identik dengan mudik. Tradisi tahunan ini bagaikan magnet yang menarik jutaan perantau dari berbagai penjuru negeri untuk kembali ke kampung halaman. Bagaikan burung yang kembali ke sarang, mereka menempuh perjalanan panjang, rela berdesak-desakan di kendaraan, dan menghabiskan waktu berjam-jam demi berlebaran bersama keluarga tercinta.

Mudik bukan sekadar pulang kampung. Ini adalah momen reuni akbar, ajang silaturahmi yang mempererat tali persaudaraan. Tawa dan canda menggema di rumah-rumah, kerinduan terobati dalam pelukan hangat. Tradisi ini menjadi perekat sosial, memperkokoh nilai kekeluargaan dan gotong royong.

Bagi perantau, mudik adalah momen spesial. Bertemu kembali dengan keluarga, mencicipi masakan khas ibu, dan mengenang masa kecil di kampung halaman menjadi magnet yang tak tertahankan. Di kampung halaman, mereka menemukan rasa nyaman dan aman, dikelilingi orang-orang yang familiar dan penuh kasih sayang.

Namun, di balik euforia mudik, terselip pula cerita-cerita unik dan beragam. Ada yang rela menempuh perjalanan ekstrem dengan berbagai moda transportasi, ada pula yang merogoh kocek dalam-dalam demi berlebaran bersama keluarga. Semangat mudik tak tergoyahkan, bahkan oleh kemacetan parah, kelelahan, dan ongkos yang tinggi.

Kemacetan mudik bagaikan ritual tahunan yang tak terelakkan. Jalanan penuh sesak, antrean kendaraan mengular panjang, dan waktu tempuh yang molor tak terkira. Ironisnya, kemacetan ini seolah menjadi "budaya" mudik yang dimaklumi, bahkan dirindukan oleh sebagian orang.

Cerita-cerita lucu dan mengharukan mewarnai perjalanan mudik. Ada yang terjebak macet berjam-jam, ada yang kehabisan bensin di tengah jalan, dan ada pula yang bertemu kembali dengan teman lama yang tak terduga. Pengalaman-pengalaman ini menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi mudik.

Mudik bukan hanya tentang pulang kampung, tapi juga tentang perjalanan. Bagi perantau, perjalanan mudik adalah momen refleksi, merenungkan perjalanan hidup dan menapaki jejak memori masa lalu. Di setiap tikungan dan kilometer yang dilalui, terukir kenangan dan nostalgia yang tak terlupakan.

Di kampung halaman, perantau disambut dengan hangat oleh keluarga dan tetangga. Suasana penuh keceriaan dan kebahagiaan menyelimuti momen Lebaran. Tradisi ini menjadi simbol persatuan dan kesatuan, memperkuat hubungan antar keluarga dan masyarakat.

Namun, di balik keceriaan Lebaran, mudik juga menghadirkan dilema. Bagi perantau yang berkeluarga di perantauan, mudik menjadi pilihan yang sulit. Meninggalkan keluarga di perantauan demi berlebaran di kampung halaman, atau sebaliknya, menjadi pilihan yang penuh pertimbangan.

Mudik Lebaran adalah tradisi yang penuh makna, dengan segala suka dan dukanya. Tradisi ini perlu dijaga dan dilestarikan, namun juga perlu dievaluasi dan diadaptasi dengan zaman. Dengan semangat kebersamaan dan tanggung jawab, mudik dapat menjadi momen yang lebih indah dan bermakna bagi semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun