Mohon tunggu...
Saphira Alya
Saphira Alya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswi program studi Sosiologi. Saya tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan sosial budaya dan gejala-gejala sosial yang terjadi di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Budaya Patriarki terhadap Kebebasan Perempuan dalam Mengenyam Pendidikan Tinggi

7 Juni 2022   18:45 Diperbarui: 7 Juni 2022   18:46 2284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Persepsi patriarki yang diterapkan dalam tatanan sosial menempatkan laki-laki sebagai unsur pokok di kehidupan sosial dan memiliki kontrol utama di masyarakat. Sedangkan, perempuan hanya memiliki sedikit pengaruh atau bahkan tidak memiliki pengaruh sama sekali di berbagai aspek kehidupan. Pembatasan-pembatasan peran oleh budaya patriarki ini membuat perempuan tidak memiliki kuasa dan terbelenggu sehingga perempuan seringkali mendapat perlakuan diskriminasi.

Sikap diskriminasi terhadap perempuan ini seringkali tidak disadari karena sudah dianggap sebagai budaya atau sesuatu yang lazim. Dengan demikian, kaum perempuan semakin jauh dari hak-hak dan kebebasan yang seharusnya mereka dapatkan.

Praktik patriaki ini masih berlangsung hingga saat ini terutama pada masyarakat yang belum bisa menerima konsep kesetaraan gender salah satunya dalam aspek pendidikan. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA), laki-laki cenderung akan lebih mudah mendapat akses untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, sedangkan perempuan harus menerima akibat dari patriarki bahwa perempuan tidak perlu melanjutkan pendidikan tinggi karena pada akhirnya mereka hanya akan menjadi ibu rumah tangga. 

Budaya patriarki merupakan salah satu tradisi turun temurun yang sampai saat masih sulit dihilangkan, terutama kaitannya dengan pendidikan. Apabila dalam suatu keluarga terdapat anak laki-laki dan perempuan, maka kemungkinan besar anak laki-laki lah yang akan didahulukan pendidikannya ketimbang perempuan. Hal ini dapat kita jumpai di berbagai lapisan masyarakat yang masih mempraktikkan budaya patriarki karena sudah dianggap wajar atau lazim terjadi di sistem sosial. Bahkan di beberapa kasus sosial, perempuan cenderung sama sekali tidak memiliki kuasa untuk melawan aturan patriarki ini. 

Stereotip yang timbul dari lingkungan sekitar juga mendorong budaya patriarki ini masih melekat di Indonesia. Misalnya, perempuan dituntut harus bisa memasak, harus bersikap anggun, harus bertutur kata lemah lembut, dan lain sebagainya. Sedangkan hal-hal tersebut jarang berlaku pada kaum laki-laki. Hal ini disebabkan karena adanya stereotip yang melekat pada pemikiran masyarakat kita. Bahkan, tidak sedikit dari masyarakat yang masih melakukan praktik patriarki dengan berlindung dibalik aturan adat serta agama.

Budaya patriarki yang masih melekat dalam masyarakat Indonesia hingga saat ini menimbulkan berbagai ketimpangan, khususnya pada aspek pendidikan. Perempuan dianggap tidak perlu melanjutkan pendidikan atau sekolah tinggi karena pada akhirnya perempuan hanya akan mengurusi urusan rumah tangga. Hal ini menimbulkan masalah sosial yaitu ketidak adilan antara perempuan dan laki-laki dalam hak mendapat pendidikan tinggi.

Berdasarkan yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 alenia ke empat tertulis: “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatau Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,..” yang berarti bahwa pendidikan di Indonesia dijamin oleh pemerintah salah satunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar menciptakan bangsa yang sejahtera dan makmur. 

Pada dasarnya perempuan memiliki peranan yang sangat penting dalam aspek pendidikan. Bahkan, pendidikan pertama yang akan diterima oleh seorang anak adalah dari ibunya. Seorang ibu memiliki peran penting dalam mendidik seorang anak. Bukan berarti seorang ayah tidak memiliki peran dalam mendidik anak, tetapi seorang ibu lebih memiliki keterikatan batin kepada anak. Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa seorang ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas pula. Dengan demikian, perempuan seharusnya mendapat pendidikan yang setara dengan laki-laki karena kecerdasan perempuan akan berpengaruh kepada penerus-penerus bangsa selanjutnya.

Pendidikan bukan hanya mengajarkan tentang ilmu pengetahuan saja, tetapi juga membentuk kepribadian, karakter, meluaskan sudut pandang, berpikir kritis, nilai dan moral, serta budi pekerti. Hal tersebut sangatlah penting untuk diajarkan kepada anak sejak dini. Maka dari itu, perempuan berhak mendapat pendidikan yang layak juga. Selain budaya patriarki yang masih melekat di masyarakat Indonesia, perempuan seringkali tidak memiliki kuasa untuk melawan tradisi yang ada pada keluarga mereka, pada akhirnya kaum perempuan terpaksa mengalah dan mengrobankan hak mereka untuk mendapat pendidikan tinggi.

Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa pada saat ini banyak sekali gerakan feminisme yang dilakukan oleh para aktivis perempuan di Indoneisa. Menyuarakan kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa perempuan juga berhak mendapat pendidikan tinggi yang setara dengan laki-laki. Dengan demikian, baik laki-laki maupun perempuan dapat bersaing secara sehat dalam merintis karir mereka. Sehingga tidak muncul lagi ketimpangan antara laki-laki dan perempuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun