Kuliner Yogyakarta tak hanya gudeg, bakmie atau nasi kucing di angkringan. Di Jogja juga ada sajian lain yang tak kalah nikmat dan banyak dijumpai di beberapa sudut kota, yaitu soto.
Salah satu tempat terbaik jika ingin menyantap soto ada di depan Stasiun Tugu Yogyakarta, tepatnya di sebelah timur pintu utama yang terletak di Jalan Mangkubumi. “Soto Lenthok” Pak Gareng, namanya.
Rabu, 30 September 2015, pagi-pagi sekali saya sudah duduk manis di warung tenda Soto Lenthok ini. Bermaksud untuk sarapan dengan makanan berkuah sekaligus menyegarkan badan setelah hampir didera masuk angin semalaman.
Gerobak Soto dengan ayam kampung yang gurih.
Warung tenda Soto Lenthok Pak Gareng.
Ketika sampai di sana, warung soto yang dapat memuat sekitar 40 orang sekaligus ini sudah ramai dengan sejumlah orang. Karena berada di depan stasiun, mereka yang makan di tempat ini bukan hanya warga Jogja. Melainkan juga para wisatawan yang baru tiba di stasiun atau mereka yang menginap di sejumlah hotel yang banyak berada di Jalan Mangkubumi dan Malioboro.
Menurut cerita, Soto Lenthok Pak Gareng yang buka dari jam 06.00 ini sudah ada sejak tahun 1993. Soto yang disajikan adalah soto ayam kampung dengan keunikan menggunakan lenthok, yaitu sejenis gorengan perkedel yang terbuat dari singkong.
Lenthok, sejenis perkedel yang terbuat dari singkong.
Pagi itu saya memesan semangkuk soto dengan nasi dicampur. Ini adalah cara menikmati soto yang lazim di Yogyakarta dan daerah sekitarnya. Namun, pembeli juga bisa memesan soto dan nasi yang dipisah di dua mangkuk berbeda.
Lima menit menunggu, semangkuk soto berkuah panas mengepul tiba di depan saya. Porsinya sedikit lebih banyak dibanding soto ayam pada umumnya. Isiannya berupa bihun, irisan daun kobis, tauge, lenthok, irisan daun seledri serta taburan bawang merah goreng.
Sarapan saya pagi itu, Soto Lenthok campur nasi.
Aneka lauk pendamping membuat Soto Lenthok semakin mantap
Hal pertama yang mengundang penasaran saya adalah kuahnya yang berwarna kekuningan dengan banyak jejak minyak dan kaldu ayam. Semula saya menduga rasanya akan sangat kuat. Namun, setelah dicicipi ternyata cukup ringan, bahkan cenderung kurang asin. Tak ada rasa manis atau gurih berlebihan. Mungkin racikan ini disengaja untuk menyesuaikan dengan lidah banyak orang. Mereka yang menginginkan rasa lebih kuat bisa menambahkan kecap, cuka dan perasan jeruk nipis yang tersedia di meja atau meminta tambahan garam.
Daging ayam kampungnya lumayan empuk meski seratnya cukup kasar. Selain itu ada juga potongan usus dan kulit yang gurih. Lenthoknya cukup berasa meski menurut saya agak aneh disantap dengan makan berkuah seperti soto.
Lenthok, isian istimewa dalam seporsi soto ayam kampung racikan Pak Gareng.
Menikmati soto lenthok di sini ini paling pas ditemani tempe goreng yang krispi, tahu bacem yang lembut dan manis atau kerupuk. Bisa juga ditambahkan sate ayam, sate ati ampela atau sate telur puyuh. Tersedia juga lenthok tambahan bagi yang menyukainya. Semua lauk pelengkap tersebut tersedia di setiap meja.
Saya memilih menambahkan sate ampela hati dan tempe goreng. Keduanya saya campur bersama racikan sotonya. Rasanya mantap dan semakin kaya di lidah. Dalam waktu singkat soto lenthok sudah berpindah tempat ke dalam perut hanya menyisakan sedikit kuah di mangkuk yang tak mampu saya habiskan.
Lihat Foodie Selengkapnya