Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Saat Matahari Tenggelam di Malioboro

25 Mei 2014   17:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:08 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malioboro lagi. Untuk kesekian kalinya saya menyusuri jalanan jantung kota Jogja ini. Sudah berkali-kali ke tempat ini rasanya tak pernah bosan untuk sekedar menghabiskan waktu sejam di dalamnya. Padahal Malioboro begitu-begitu saja, Saya bahkan hampir hafal pemandangan di setiap ruasnya. Nyaris tak ada yang berubah selama ini kecuali Malioboro semakin macet dan panas. Bahkan saat ini Malioboro sedang macet-macetnya, musim liburan anak sekolah menjadi alasannya. Tapi sepanjang itupula Maliboro dengan sederet hal menyebalkannya itu selalu berhasil menarik orang untuk datang lagi. Ada rasa yang tak terbeli dan tak terganti di tempat ini.

[caption id="attachment_308414" align="aligncenter" width="567" caption="Tiang lampu dan menara Istana Negara Gedung Agung berlatar langit senja di Malioboro, 24 Mei 2014."][/caption]

Sabtu sore, 24 Mei 2014, saya sengaja datang ke Malioboro. Hari itu ada pengumpulan buku dan berbagai barang layak pakai yang rencananya akan digunakan untuk sebuah perpustakaan sederhana di Gunung Kidul. Kebetulan ada beberapa buku dan novel yang sudah lama selesai saya baca. Sementara ada buku yang materinya terlalu berat untuk otak saya sehingga mungkin akan lebih berguna untuk yang lain. Buku-buku itu saya bongkar dari kardus di bawah tempat tidur, jadi sekalian merapikan kamar meski sebenarnya kamar saya sulit untuk bisa rapi.

Buku-buku sudah dimasukkan ke dalam tas, pukul empat sore saya pun berangkat ke Maliboro. Jangan ditanya, itu hari Sabtu atau kata banyak orang Malam Minggu, jadi dipastikan Maliboro dan jalan menuju ke sana tersendat merayap. Berjalan kaki menyusuri Maliboro di saat seperti ini, malam minggu sekaligus musim liburan, seperti perjuangan karena trotoar dan jalan rayanya jadi lautan manusia. Lihat foto di bawah ini, sore kemarin saya berjalan merayap di dalamnya. Malioboro itu menyebalkan kalau sedang begini, tapi orang-orang termasuk saya juga tak jera untuk datang lagi ke tempat ini.

[caption id="attachment_308416" align="aligncenter" width="486" caption="Ribuan pengunjung menyerbu Malioboro. Kebanyakan dari mereka adalah rombongan pelajar dan sekolah dari luar kota."]

14009874971688078336
14009874971688078336
[/caption]

Akhirnya tiba juga di titik pengumpulan buku. Beberapa panitia yang kebanyakan wanita menyambut senang. Katanya saya orang pertama sore itu yang datang langsung menyerahkan novel karena kebanyakan orang menyumbang majalah dan buku pelajaran.

[caption id="attachment_308418" align="aligncenter" width="340" caption="Matahari tenggelam di atas Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta, 24 Mei 2014."]

14009877112061485480
14009877112061485480
[/caption]

Tak lama saya di situ, setelah berbincang sebentar dengan mereka saya segera pamit, menyeberang jalan dan berbalik arah hendak pulang. Namun di depan Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta langkah saya terhenti. Mata saya tertarik dengan langit di atas Istana Negara. Dari balik awan yang sore itu agak mendung, bayangan matahari tampak menyala. Sudah sering saya melihat pemandanga seperti ini, detik-detik saat matahari berpamitan untuk menyerahkan kekuasaannya kepada malam. Tapi ini pertama kalinya benar-benar tertarik untuk menikmati senja di Malioboro.

[caption id="attachment_308419" align="aligncenter" width="540" caption="Mengintip senja dari balik pagar Istana."]

14009878031905474437
14009878031905474437
[/caption]

[caption id="attachment_308420" align="aligncenter" width="324" caption="Senja, menara dan pagar istana."]

1400987932255961652
1400987932255961652
[/caption]

[caption id="attachment_308421" align="aligncenter" width="540" caption="Di Malioboro apapun yang sederhana akan tampak istimewa, termasuk saat matahari tenggelam."]

14009880331879622504
14009880331879622504
[/caption]

Saya mengambil duduk di sebuah kursi kayu panjang, sebentar mengamati langit dan ternyata langit cepat gelap. Tak ingin kehilangan senja saya bergegas bangkit berjalan menuju pagar istana. Dari depan pagar langit terlihat sangat cantik. Memang mungkin tak semanis sunset di tepi pantai atau di puncak bukit. Tapi ini Malioboro yang tak harus dengan banyak rupa dan cara untuk menikmatinya. Dengan sederhana saja, apapun tampak istimewa di tempat ini. Begitu juga kali ini, matahari tenggelam dengan sempurna di Malioboro.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun