Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Penuh Aksi & Warna, Peringatan Hari Pariwisata Dunia ala Yogyakarta

29 September 2014   14:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:06 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_326172" align="alignnone" width="630" caption="Pasangan Dimas dan Diajeng Yogyakarta menaiki becak yang dihias khusus dalam perayaan Hari Pariwisata Dunia di Malioboro pada Minggu sore (28/9/2014)."][/caption]

Minggu sore (28/9/2014) kawasan Malioboro Yogyakarta mendadak penuh warna oleh lautan manusia yang memadati dan berkerumun di sepanjang jalan hingga titik Nol Kilometer. Sore itu masyarakat Yogyakarta dan pengunjung Malioboro termasuk para wisatawan tumpah ruah merayakan Hari Pariwisata Dunia yang jatuh pada 27 September. Yogyakarta sebagai salah satu kota pariwisata utama di Indonesia yang namanya sudah mendunia memiliki cara yang istimewa untuk memperingatinya.

[caption id="" align="aligncenter" width="528" caption="Masyarakat Yogyakarta dan wisatawan memadati Malioboro untuk merayakan Hari Pariwisata Dunia 2014."]

Masyarakat Yogyakarta dan wisatawan memadati Malioboro untuk merayakan Hari Pariwisata Dunia 2014.
Masyarakat Yogyakarta dan wisatawan memadati Malioboro untuk merayakan Hari Pariwisata Dunia 2014.
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="551" caption="Kereta kuda membuka iring-iringan karnaval wisata."]
Kereta kuda membuka iring-iringan karnaval wisata.
Kereta kuda membuka iring-iringan karnaval wisata.
[/caption]

Kemeriahan diawali oleh kirab becak dan andong (delman) dari halamn parkir Abu Bakar Ali menuju Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta. Puluhan becak dan andong dengan hiasanya unik penuh warna melintasi sepanjang kawasan Malioboro dengan membaca sejumlah penumpang yang tak biasa. Disebut tak biasa karena becak dan andong tersebut dinaiki oleh para putera dan puteri Yogyakarta yang disebut Dimas dan Diajeng.

[caption id="" align="aligncenter" width="563" caption="Dimas dan Diajeng Yogyakarta di atas kereta kuda."]

Dimas dan Diajeng Yogyakarta di atas kereta kuda.
Dimas dan Diajeng Yogyakarta di atas kereta kuda.
[/caption]

Becak dan andong dipilih karena dua alat transportasi tradisional ini merupakan ikon wisata Yogyakarta. Selain itu keduanya juga telah dianggap sebagai bagian dari kearifan budaya Yogyakarta yang sejak lama dirawat sebagai salah satu identitas.

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Dimas dan Diajeng menaiki becak wisata yang dihias dengan aneka bunga."]

Dimas dan Diajeng menaiki becak wisata yang dihias dengan aneka bunga
Dimas dan Diajeng menaiki becak wisata yang dihias dengan aneka bunga
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="564" caption="Dua orang anak kecil menghampiri becak yang ditumpangi Dimas dan Diajeng Bantul untuk meminta balon."]
Dua orang anak kecil menghampiri becak yang ditumpangi Dimas dan Diajeng Bantul untuk meminta balon.
Dua orang anak kecil menghampiri becak yang ditumpangi Dimas dan Diajeng Bantul untuk meminta balon.
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="526" caption="Pasangan Dimas dan Diajeng lainnya."]
Pasangan Dimas dan Diajeng lainnya.
Pasangan Dimas dan Diajeng lainnya.
[/caption]

Dengan menggunakan pakaian adat tradisi Yogyakarta para Dimas dan Diajeng menarik perhatian pengunjung Malioboro. Paras ayu dan ganteng mereka selaras dengan hiasan becak dan andong yang berhiaskan rangkaian bunga, janur dan aksesoris lainnya. Tak hanya Dimas dan Diajeng yang berpakaian adat, para tukang becak dan kusri andong pun mengenakanan kostum yang selaras.

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Tukang becak mengayuh becaknya yang dihias khusus untuk Hari Pariwisata Dunia."]

Tukang becak mengayuh becaknya yang dihias khusus untuk Hari Pariwisata Dunia.
Tukang becak mengayuh becaknya yang dihias khusus untuk Hari Pariwisata Dunia.
[/caption]

Sepanjang karnaval becak dan andong berlangsung, para pengunjung Malioboro tak henti mengabadikan moment istimewa tersebut. Di beberapa ruas jalan di mana becak dan andong berhenti sejumlah pengunjung menyerbu ke tengah untuk berfoto di samping becak dan andong tersebut. Sejumlah anak kecil bahkan dengan polos meminta balon dan aneka hiasan lainnya yang menempel di becak atau andong. Dengan senyum ramah Dimas dan Diajeng pun tak segan mencopot balon seperti yang diminta anak-anak.

[caption id="" align="aligncenter" width="528" caption="Peragaan jurus dalam Rampak Pencak di perempatan Nol Kilometer bersamaan dengan perayaan Hari Pariwisata Dunia 2014."]

Peragaan jurus dalam Rampak Pencak di perempatan Nol Kilometer bersamaan dengan perayaan Hari Pariwisata Dunia 2014.
Peragaan jurus dalam Rampak Pencak di perempatan Nol Kilometer bersamaan dengan perayaan Hari Pariwisata Dunia 2014.
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="528" caption="Flashmob Rampak Pencak diperagakan oleh ratusan pesilat cilik di perempatan Nol Kilometer Yogyakarta."]
Flashmob Rampak Pencak diperagakan oleh ratusan pesilat cilik di perempatan Nol Kilometer Yogyakarta.
Flashmob Rampak Pencak diperagakan oleh ratusan pesilat cilik di perempatan Nol Kilometer Yogyakarta.
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="528" caption="Duel dua pesilat di atas aspal jalan Malioboro."]
Duel dua pesilat di atas aspal jalan Malioboro.
Duel dua pesilat di atas aspal jalan Malioboro.
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="528" caption="Lima pesilat, Lima Gaya."]
Lima pesilat, Lima Gaya.
Lima pesilat, Lima Gaya.
[/caption]

Semarak warna karnaval semakin meriah dengan digelarnya flashmob Rampak Pencak di saat yang sama. Memasuki perempatan Nol Kilometer, iring-iringan becak dan andong berhenti sesaat untuk memberikan ruang kepada ratusan pesilat berbagai usia beraksi di jalanan. Untuk sesaat perhatian pengunjung Malioboro pun terbagi. Tak sedikit yang berlarian menuju perempatan Nol Kilometer untuk menyaksikan aksi pertunjukkan gerak silat yang tak biasa.

Ratusan pesilat dari berbagai perguruan dengan kompak memainkan jurus dan gerakan secara massal langsung di atas aspal Nol Kilometer. Aksi flashmob rampak pencak berlangsung dua kali termasuk demo permainan senjata dan duel antar pendekar. Selesai memainkan rampak pencak, para pesilat dengan serempak bergeser ke dua sisi jalan memukan barisan untuk karnaval becak dan andong. Penonton pun kembali beralih mengikuit karnaval wisata.

[caption id="" align="aligncenter" width="347" caption="Sepasang wisatawan di atas becak penuh bunga dan hiasan."]

Sepasang wisatawan di atas becak penuh bunga dan hiasan.
Sepasang wisatawan di atas becak penuh bunga dan hiasan.
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="Komunitas Pesepeda Onthel."]
Komunitas Pesepeda Onthel.
Komunitas Pesepeda Onthel.
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Anak-anak berpakaian adat Jawa menaiki sepeda modifikasi berbentuk mobil."]
Anak-anak berpakaian adat Jawa menaiki sepeda modifikasi berbentuk mobil.
Anak-anak berpakaian adat Jawa menaiki sepeda modifikasi berbentuk mobil.
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="297" caption="Ternyata Yogyakarta punya polisi wisata bersepeda."]
Ternyata Yogyakarta punya polisi wisata bersepeda.
Ternyata Yogyakarta punya polisi wisata bersepeda.
[/caption]

Tak hanya dinaiki oleh para Dimas dan Diajeng, becak dan andong juga membawa sejumlah pasangan muda mudi dengan berbagai kostum tematik. Ada yang mengenakan kostum wayang orang, puteri Eropa hingga pakaian kasual ala wisatawan yang sedang menikmati Yogyakarta dari atas becak. Karnaval juga diikuti sejumlah komunitas seperti komunitas pesepeda lipat dan pesepeda onthel.

[caption id="" align="aligncenter" width="566" caption="Masyarakat penganut Hindu dengan Kereta Kresna berukuran besar."]

Masyarakat penganut Hindu dengan Kereta Kresna berukuran besar.
Masyarakat penganut Hindu dengan Kereta Kresna berukuran besar.
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="346" caption="Menari sepanjang jalan."]
Menari sepanjang jalan.
Menari sepanjang jalan.
[/caption]

Ada satu yang tak kalah menyita perhatian tinggi pengunjung Malioboro sore itu yakni hadirnya kereta raksasa dengan hiasan dan rangkaian bunga yang didominasi warna kuning. Bersama dengan kereta raksasa tersebut adalah ratusan masyarakat Hindu dan penganut ajaran Kresna. Sepanjang karnaval mereka melagukan syair-syair yang tampak seperti pujian untuk Kresna. Sementara yang wanita berpakaian ala India menari sambil memainkan kipas di tangan. Satu lagi bukti toleransi Yogyakarta untuk keragaman bangsa Indonesia.

[caption id="attachment_326182" align="aligncenter" width="560" caption="Kereta Kresna memeriahkan Hari Pariwisata Dunia 2014 di Malioboro, Yogyakarta."]

1411931591362240480
1411931591362240480
[/caption]

Sore itu dua kemeriahan berlangsung bersamaan dan benar-benar istimewa. Malioboro menunjukkan wajah dan kesan yang tiada duanya sebagai jantung wisata Yogyakarta. Masyarakat Yogyakarta pun seperti biasa, menampilkan keramahan dan keterbukaan terhadap ragam warna serta budaya. Dari Yogyakarta untuk Indonesia, Selamat Hari Pariwisata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun