Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Menyantap "Beras Palsu" Buatan Indonesia yang Enak dan Tidak Berbahaya

20 Mei 2015   10:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:48 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Heboh mengenai peredaran beras palsu buatan China seketika mengingatkan saya bahwa Indonesia sebenarnya sudah lama mengenal “beraspalsu”.Bahkan “beraspalsu” itu sudah biasa dibuat dan dimakan oleh sebagian penduduk Indonesia terutama masyarakat Jawa yang hidup dipedesaan.Namun “beraspalsu” ala Indonesia tidak dibuat dari kentang dan plastik.Mengkonsumsi beras palsu ini juga tidak berbahaya.

[caption id="attachment_366646" align="aligncenter" width="594" caption="Nasi Oyek, dibuat dari singkong yang dibentuk seperti butiran beras."][/caption]

“Oyek”adalah olahan singkong yang sejak lama telah dikonsumsi sebagian masyarakat. Disebut sebagai “beras palsu” karena dahulu oyek dimakan sebagai pengganti beras atau nasi. Oleh karena itu makanan ini juga sering disebut sebagai “nasi oyek”.

Dahulu oyek dianggap sebagai berasnya orang miskin karena sering dikonsumsi oleh masyarakat yang tidak mampu membeli beras.Namun pada dasarnya oyek dibuat untuk memperlama masa simpan singkong sebagai cadangan jika panen padi tidak mencukupi atau harga beras mahal.

Meski tidak banyak lagi orang yang menyantapnya, namun sejak beberapa tahun terakhir oyek kembali dilirik sebagai salah satu alternative diversifikasi pangan dan metode pengolahan singkong. Beberapa penelitian mencoba menerapkan teknologi pengolahan pangan terkini untuk meningkatkan kualitas oyek.

[caption id="attachment_366647" align="aligncenter" width="576" caption="Oyek yang saya beli di pasar tradisional pada 9 Mei 2015 seharga RP. 2000."]

1432090910306526779
1432090910306526779
[/caption]

Oyek dibuat dengan cara yang sederhana melalui tiga tahap utama yakni perendaman, pembuatan butiran dan pengukusan. Sebelum direndam singkong dikupas dan dicuci hingga bersih.Singkong kemudian direndam untuk melunakkan dan menghilangkan sianida. Lama perendaman bias dilakukan sampai 5 hari atau lebih singkat.

Setelah direndam dan lunak,singkong akan mudah untuk dijadikan butiran. Inilah yang membedakan oyek dan tiwul.Tiwul dibuat melalui tahap penepungan terlebih dahulu.

Butiran oyek berbentuk seperti butiran nasi berukuran 2-3 mm dengan warna yang sedikit keruh. Oyek dikonsumsi dengan cara dikukus terlebih dahulu selama sekitar 10 menit. Jika tidak segera dimasak, butiran oyek dapat disimpan dalam waktu lama dengan menjemurnya terlebih dahulu.

[caption id="attachment_366648" align="aligncenter" width="577" caption="Oyek biasa disantap dengan parutan kelapa segar dan sedikit garam."]

14320909622011813114
14320909622011813114
[/caption]

Oyek yang sudah dikukus akan berwarna putih kecoklatan. Oyek biasa disajikan dengan taburan kelapa parut dan garam. Disantap selagi hangat maupun dingin, oyek tetap terasa gurih dan nikmat meski tanpa lauk pendamping sekalipun.Menyantap oyek lebih pas dengan alas daun pisang yang biasa dijadikan pembungkusnya.Namun saat ini beberapa penjual oyek juga membungkusnya dengan plastic atau kertas pembungkus nasi.

Hampir 95 persen kandungan oyek adalah karbohidrat. Sementara sisanya adalah protein dan lemak dalam jumlah sedikit. Oyek juga mengandung Kalsium danm Fosfor sebagaimana terkandung dalam singkong. Namun dibandingkan dengan nasi, oyek memiliki kandungan air lebih sedikit sehingga teksturnya sangat pera dan kurang pas dinikmati dalam jumlah banyak sekaligus.Oleh sebab itu oyek biasanya dijual dalam porsi tidak terlalu banyak setiap bungkusnya.

[caption id="attachment_366649" align="aligncenter" width="574" caption="Nasi oyek dari "]

1432091007847141925
1432091007847141925
[/caption]

Sayangnya tidak banyak generasi saat ini yang mengenal Oyek. Sementara sebagian penikmatnya di masa lalu tak lagi menyantapnya. Selain sudah jarang ditemui pembuat dan penjualnya, juga karena factor gengsi dan anggapan keliru bahwa oyek adalah makanan “ndeso” yang identik dengan makanan orang miskin.

Oleh karena itu Oyek perlu dilestarikan dengan cara meningkatkan kualitas penyajian dan mengembangkan teknik pengolahannya. Sebagai makanan negeri sendiri, “beras palsu” made in Indonesia ini perlu kembali diperkenalkan baik sebagai makanan tradisional maupun sajian alternatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun