Kapan lagi berkumpul bersama keluarga jika bukan saat hari libur yang disertai cuti bersama. Berlibur bersama keluarga untuk waktu yang panjang memang jarang saya dapatkan selama beberapa tahun ini. Berwisata bersama orang tua dan saudara menjadi sangat mahal untuk kami miliki. Oleh karena itu pada libur Natal 25 Desember 2013 kemarin saya dan keluarga memanfaatkannya untuk berkumpul sekalian mengunjungi rumah kakak.
Melintasi Sokaraja, sejumlah toko oleh-oleh berjejer di pinggir jalan.
Dengan mengendarai Avanza kami pun berangkat. Jelang tengah hari kami sudah tiba di Sokaraja yang menjadi gerbang masuk kota Purwokerto. Sempat disambut gerimis, perjalanan kami selanjutnya ditemani cuaca mendung hampir sepanjang hari. Meskipun demikian Avanza yang kami tumpangi dengan nyaman dan lancar menyisir Sokaraja menuju Purwokerto.
Lalu lalang kendaraan yang hendak masuk maupun meninggalkan Purwokerto membuat lalu lintas Sokaraja nyaris tak pernah sepi. Apalagi Sokaraja menjadi pusat oleh-oleh khas Banyumas. Barisa arisan toko oleh-oleh berjejalan di pinggir jalan. Kebanyakan adalah toko getuk goreng dan keripik tempe. Toko-toko itu juga menyediakan penganan Banyumas lainnya seperti mendoan dan sele pisang. Warung soto tak kalah banyak ditemui, tinggal pilih saja karena seperti halnya banyak toko getuk goreng yang berlomba-lomba mengklaim sebagai yang asli, berbagai warung soto di Sokaraja juga tak berbeda jauh cita rasanya.
Pusat oleh-oleh di Sokaraja menyambut setiap orang yang hendak menuju dan meninggalkan Purwokerto.
Tak butuh waktu lama untuk mencapai pusat kota Purwokerto dari Sokaraja. Setelah melewati deretan toko oleh-oleh kita akan disambut beberapa landmark Purwokerto seperti Patung Gatot Subroto di bundaran RS. Margono dan Bundaran Air Mancur Tugu Adipura. Setelah itu kita sudah memasuki Jalan Jendral Sudirman Purwokerto.
Bundaran Air Mancur Tugu Adipura, landmark kota Purwokerto.
Seperti di kota-kota lain, Jalan Jenderal Sudirman di Purwokerto juga menjadi jalan protokol utama. Di ruas jalan ini banyak kantor pemerintah, BUMN, bank hingga pusat belanja dan pertokoan banyak dijumpai. Meskipun demikian Jalan Jenderal Sudirman Purwokerto tidak terlalu lebar. Ruas jalan ini bahkan terkesan semrawut dengan banyaknya PKL yang menyesaki trotoar di sepanjang jalan. Menurut kabar beberapa waktu lalu PKL Jalan Jenderal Sudirman Purwokerto hendak direlokasi namun akhirnya gagal.
Alun-alun kota Purwokerto yang tak terlalu luas dan cenderung sepi.
Purwokerto adalah kota terbesar di Jawa Tengah bagian selatan. Namanya bahkan lebih populer dibanding Banyumas yang merupakan induknya. Purwokerto memang ibu kota Kabupaten Banyumas, sebuah wilayah bekas karisidenan yang dulu membawahi beberapa wilayah yang kini menjadi daerah otonom yakni kabupaten Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara dan Banyumas sendiri.
Pedagang Kaki Lima (PKL) di sepanjang trotoar Jalan Jenderal Sudirman membuat pemadangan pusat kota Purwokerto terasa semrawut.
Angkringan khas Jogja juga ada di Purwokerto.
Meski menjadi kota terbesar dan teramai di Jawa Tengah bagian selatan, kota Purwokerto sebenarnya tak terlalu luas. Hanya perlu waktu 3-4 jam untuk menjelajah pusat kota Purwokerto. Transportasi dalam kota Purwokerto dan sekitarnya cukup mudah. Dengan menggunakan angkutan umum atau becak kita bisa mengunjungi banyak tempat di Purwokerto. Taksi pun tersedia namun saya tidak menyarankan bepergian menggunakan taksi di Purwokerto kecuali jika terpaksa atau di malam hari saat angkutan umum tidak lagi beroperasi. Berdasarkan pengalaman menumpang taksi di beberapa kota seperti Jakarta, Malang, Yogyakarta dan Semarang, tarif taksi di Purwokerto termasuk paling mahal.
Lalu lintas di pusat kota Purwokerto.
Sopir angkutan umum di Purwokerto.
Di Purwokerto belum banyak gedung-gedung tinggi kecuali sejumlah perguruan tinggi dan beberapa pusat perbelanjaan serta hotel berbintang yang jumlahnya tak banyak. Sebaliknya pedagang kaki lima dan toko-toko berukuran sedang mendominasi pemandangan kota Purwokerto. Meskipun demikian Purwokerto sudah memiliki banyak tempat gaul untuk anak muda seperti karaoke, cafe dan rumah makan cepat saji. Purwokerto juga memiliki banyak pilihan pusat perbelanjaan mulai pasar tradisional, pusat grosir hingga departemen store sekelas mall. Tapi untuk destinasi wisata kota ini masih kalah dibanding tetangganya Purbalingga dan Banjarnegara yang memiliki beragam destinasi wisata. Praktis hanya Baturaden yang menjadi ikon wisata Purwokerto.
Lalu lintas di pusat kota lumayan ramai meski Purwokerto belum mengenal macet. Hanya di beberapa titik seperti pusat perbelanjaan lalu lintas Purwokerto tampak semrawut. Apalagi di musim liburan seperti saat ini banyak pusat perbelanjaan diserbu tidak hanya oleh warga Purwokerto tapi juga oleh warga dari kota tetangga seperti Purbalingga dan Cilacap.
Sudut kota Purwokerto.
Pertokoan di pusat kota Purwokerto.
Melewati Jalan Jenderal Sudirman kami tiba di alun-alun Purwokerto yang tak terlalu luas dan cenderung sepi. Berbeda dengan alun-alun di kota-kota lain yang ramai setiap hari libur, di Purwokerto alun-alun bukanlah pusat keramaian. Kaum mudanya termasuk para mahasiswa yang menempuh studi di Purwokerto memiliki tempat nongkrongnya sendiri. Masyarakat Purwokerto juga lebih suka berkumpul di tempat makan. Untuk urusan kuliner Purwokerto memang memiliki banyak sajian yang menggoda lidah.
Menuju kedai Bakso Pekih yang tersohor di Purwokerto. Parkir pengunjungnya sampai ujung jalan.
Semangkok bakso pelengkap kebahagiaan bersama keluarga.
Tak jauh dari alun-alun Purwokerto, mobil kami berbelok memasuki Jalan Pekih yang lebih tepat disebut gang karena ruasnya yang sangat pendek. Di Jalan Pekih terdapat sebuah kedai bakso paling tersohor di Purwokerto yakni Bakso Pekih. Begitu terkenalnya tempat ini tak pernah sepi. Parkir kendaraan pengunjung terutama yang membawa mobil bahkan mengular sampai ke mulut gang. Tak terkecuali kami yang harus memarkir Avanza di pinggir jalan untuk kemudian berjalan kaki menuju kedai.
Bersama keluarga menuju rumah kakak. Bapak dan adik selalu di depan sementara saya dan Ibu selalu nyaman duduk di belakang.
Tiba di rumah kakak, kembali berkumpul lengkap bersama keluarga.
Usai bersantap bakso, kami segera melanjutkan perjalanan. Ada rindu yang harus dijemput. Avanza kami pun kembali membelah kota Purwokerto dan tak lama kemudian kami tiba di rumah kakak. Perjalanan yang melelahkan pun terobati saat kami berlima berkumpul seperti halnya dulu waktu kecil kami setiap hari bersama-sama. Tak ada kebahagiaan melebihi kebahagiaan saat tiga orang anak berkumpul mengisi hari bersama kedua orang tuanya. Apalagi di hari yang sama, 25 Desember usia saya tepat bertambah setahun. Sebuah perjalanan singkat bersama Avanza namun menjadi kebahagiaan yang tak ternilai karena kembali berkumpul bersama keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H