[caption caption="Nasi Balap Puyung dan Ayam Goreng khas Lombok di Rumah Makan Cahaya yang terletak di Jalan Bypass Bandara Praya, Nusa Tenggara Barat."][/caption]“Ini tempat makan paling hits di bandara, ya?”. Tanya saya kepada mas Cumi saat hendak santap siang di Rumah Makan Cahaya. Saya merasa perlu bertanya karena saat baru mendarat di bandara Praya, Lombok, pertengahan Februari lalu saya dan rombongan digiring menuju tempat ini. Begitu juga saat hendak pulang 10 hari kemudian. Kami kembali diajak singgah di rumah makan yang berada di pinggir jalan raya bypass bandara ini untuk mengisi perut sebelum terbang. “Sebenarnya karena belum banyak rumah makan. Jadi di sini pilihan terbaiknya”. Begitu jawaban mas Cumi.
Jika melihat sekeliling bandara Praya memang belum banyak bangunan seperti rumah makan yang berdiri. Oleh karena itu RM Cahaya terlihat mencolok meski bangunannya tidak terlalu besar. Hanya ada 5 meja panjang dengan deretan kursi yang menyertai serta beberapa meja ukuran sedang di dalamnya.
[caption caption="Suasana di dalam RM. Cahaya saat menunggu pesanan tiba."]
Pertama kali memesannya saya belum membayangkan seperti apa wujudnya. Meski diberitahu ini adalah sejenis nasi rames, tapi saya segera menganulirnya ketika seporsi nasi balap puyung dan sepotong ayam goreng tersaji di depan mata. Rupanya nasi balap puyung memiliki lauk wajib yakni ayam goreng.
[caption caption="Ayam kampung goreng yang terlihat lezat, lauk wajib ketika menyantap Nasi Balap Puyung."]
[caption caption="Seporsi nasi balap puyung ditambah ayam kampung goreng. Sederhana isinya, tapi sedap rasanya."]
Oleh karena itu, saya mulai menjamah nasi balap puyungnya. Melihat isiannya, menu ini cukup sederhana. Ada nasi putih dalam porsi kecil namun pas dengan kebutuhan saya. Di sekelilingnya ada tiga jenis lauk. Satu di antaranya langsung saya kenali sebagai tumis kacang panjang. Dua lainnya adalah kering kentang dan suwir ayam ditambah potongan hati yang dimasak pedas menyerupai oseng-oseng. Sama seperti nasinya, porsi ketiga lauk ini tidak terlalu banyak.
Tumis kacang panjangnya lumayan renyah dengan kematangan yang pas sehingga warnanya pun masih hijau segar. Sementara itu, kering kentangnya yang tipis terasa krispi dan gurih. Beralih ke oseng-oseng ayamnya yang berwarna kecoklatan dengan beberapa potongan kulit cabe. Selain pedas, rasa bumbunya juga lebih kuat dibanding ayam kampung goreng yang saya cicipi sebelumnya.
Bagi yang kurang suka pedas seperti saya, menyantap nasi balap puyung memang lebih pas dengan menyertakan ayam kampung gorengnya. Selain mengurangi efek pedas di lidah, juga melengkapi rasa nasi balap puyung sehingga jadi lebih sempurna. Menu ini pun saya habiskan dengan cepat. Selain karena lapar usai perjalanan jauh dan porsinya yang pas, rasanya memang lezat.
Selain nasi balap puyung dan ayam goreng, ada satu menu lainnya yang pantas dicoba yakni Bebalung. Sang pelayan menyebutkan menu ini seperti sop iga. Mendengarnya saya pun tertarik mencicipi karena membayangkan gurihnya sop iga dengan kuah yang panas mengepul.
[caption caption="Bebalung, sejenis sop iga sapi bercita rasa kuat."]