Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendamaikan Ilmu Pengetahuan dan Agama (Persepsi Keliru tentang Evolusi Darwin)

21 September 2012   01:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:06 6432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Perdebatan antara ilmu pengetahuan dan agama bukan hal yang baru. Sejak manusia mengenal agama dan di sisi lain kecerdasan manusia berkembang, manusia menggunakan daya nalarnya untuk menangkap dan memahami fenomena alam. Ilmu pengetahuan lahir sebagai konsekuensi kecerdasan manusia. Dengan ilmu pengetahuan manusia berusaha menjelaskan kehidupan yang pada beberapa hal jika dijelaskan dari sudut pandang agama sering sukar difahami secara langsung.

Sering kita terlalu dini menilai suatu teori illmiah bertentangan dengan  agama. Sementara perkembangan ilmu telah banyak mengungkap kesesuaian antar isi kitab suci dengan fenomena yang ada di alam. Sungguh kurang adil dan kadang tidak pada tempatnya jika selalu mengadu kebenaran ilmu pengetahuan dengan agama. Keduanya mempunyai dasar yang berbeda.

Mempertanyakan mana yang lebih benar dan ilmiah apakah ilmu pengetahuan ataukah agama akan sangat membuang waktu dan energi. Keduanya memiliki dasar dan metode pamahaman yang berbeda. Yang perlu disadari seberapapun besar usaha yang dilakukan oleh ilmu pengetahuan untuk mengungkap alam semesta, masih sangat kecil dibanding dengan apa yang ada dan sesungguhnya terjadi di alam ini, yang masih menjadi rahasia  milik Tuhan.

Di sisi lain seolah-olah sering terjadi ketidaksesuaian penjelasan tentang sebuah fenomena yang sama dari sudut pandang ilmu pengetahuan dan agama. Ketidaksesuaian yang kadang berujung pada penolakan terhadap sebuah teori atau penemuan ilmiah. Contohnya dulu teori tentang bumi bulat mendapat tentangan keras dari sejumlah golongan yang meyakini bahwa bumi datar karena Tuhan “menghamparkan” bumi. Kini semua sepakat bahwa maksud “menghamparkan” tidaklah berarti bumi datar karena pada kenyataannya ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa bumi memang bulat.

Perdebatan pemikiran ilmu pengetahuan dan agama tak jarang bermuara pada sebuah pertentangan tajam. Teori Evolusi Darwin yang dituangkan dalam bukuThe Origin Of Speciesadalah contoh nyata terbesar bagaimana sebuah ilmu pengetahuan dianggap melawan firman Tuhan dan mengancam agama. Kritik pedas tidak hanya ditujukan kepada teori evolusi, sosok Darwin pun dikecam keras dan dianggap  berusaha menyebarkan ateisme dengan kedok teori ilmiah. Kebenaran tuduhan-tuduhan tersebut mungkin hanya Darwin yang tahu.

Hingga kini pertentangan antara teori evolusi dengan kreasionisme terus terjadi. Kreasionisme yang sangat kuat memegang kepercayaan sebagaimana kitab suci menjelaskan bahwa kehidupan di bumi diciptakan selama 6 hari dan setiap hari Tuhan menciptakan kelompok organisme yang berbeda-beda. Sedangkan teori evolusi Darwin secara gamblang berpendapat organisme yang beranekaragam saat ini berasal dari sedikit atau satu organisme di masa lampau yang sederhana. Perubahan terjadi secara perlahan selama berjuta-juta tahun melalui mekanisme seleksi alam.

INTERPRETASI MENYIMPANG TEORI EVOLUSI DARWIN BUKAN  KESALAHANILMU PENGETAHUAN. Saya tidak berdiri di atas kaki yang menolak atau mendukung kreasionisme tapi juga tidak memandang teori evolusi Darwin sebagai sebuah ancaman besar bagi kemanusiaan dan keyakinan seperti yang dituduhkan pengikut kreasionisme. Pengikut Darwinisme maupun Kreasionisme yang terus berdebat dengan membawa agama terlalu jauh di satu sisi dan mengesampingkan campur tangan Tuhan di sisi lain mungkin melakukan kesalahan dalam menempatkan agama dan ilmu pengetahuan. Agama dan ilmu pengetahuan bukan  untuk dipertentangkan karena sejak awal keduanya memang berbeda. Meski keduanya sama-sama berusaha memberikan jalan menuju kebenaran.

Kadang terasa tidak adil jika ilmu pengetahuan selalu diadu dengan iman dan kitab suci. Bahkan dalam beberapa hal mungkin keduanya kelihatannya tidak akan pernah satu, meskipun sebenarnya dapat didamaikan. Dapat didamaikan karena Tuhan telah menyediakan jalan bagi manusia sebagai makhluk berakal dan berbudaya untuk mengembangkan pengetahuan. Jalan  berupa kecerdasan termasuk indera yang sempurna untuk menangkap fenomena alam. Agama memberi jalan bagi umat manusia untuk terus belajar dan mengungkap rahasia alam raya. Di sinilah sebenarnya ilmu pengetahuan dapat didamaikan dengan agama.

Ilmu pengetahuan adalah jalan untuk mencapai kebenaran seperti halnya agama. Mengenai apakah sebuah teori ilmiah akhirnya terbukti benar atau salah itu masalah lain karena ilmu pengetahuan terus berkembang dan bersifat relatif. Bahkan kesalahan dalam ilmu pengetahuan tetap dianggap sebagai sesuatu yang berharga untuk perkembangan pengetahuan itu sendiri.

Agama adalah keyakinan yang harus dipercayai. Apa yang dikatakan oleh agama dalam hal ini kitab suci tidak boleh diragukan apalagi dipertanyakan kebenarannya. Sementara ilmu pengetahuan lahir dari sebuah proses berfikir mengikuti metode-metode ilmiah. Yang dipelajari dalam ilmu pengetahuan adalah materi yang mewujud atau fenomena-fenomena yang konkret. Kebenaran suatu pengetahuan tidak bersifat mutlak, artinya dapat berubah karena manusia akan terus berfikir. Di sinilah agama dan ilmu pengetahuan seolah-olah tidak bisa dipertemukan karena metode dan sudut pandang yang digunakan oleh keduanya untuk menemukan kebenaran dan menerangkan sebuah fenomena tidak sama. Sehingga wajar jika dalam beberapa kasus dalam hal ini teori evolusi seolah “tidak sejalan”  dengan agama yang dalam konteks ini diwakili kreasionisme.

Kreasionis atau pihak yang mendukung penuh konsep penciptaan sering melontarkan kritik bahkan tuduhan dengan dasar yang tidak ilmiah terhadap Darwin. Padahal mereka selalu menganggap teori evolusi Darwin sebagai teori yang tidak ilmiah juga. Darwin dianggap sebagai ateis sehingga kaum beragama yang mendukung teori evolusi Darwin berarti juga mengingkari imannya sendiri. Menurut mereka kerusakan dan bencana akibat teori evolusi Darwin sangat nyata sehingga seorang muslim atau penganut agama harus menolak Darwinisme dan meyakininya sebagai ancaman yang besar bagi kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun