Kolong jalan layang Janti siang itu ramai dengan belasan orang yang duduk lesehan sambil menikmati aneka makanan dan minuman. Tak ada rasa risih meski lalu lintas di jalan layang Janti sangat ramai. Sementara di bawahnya dua jalur jalan raya juga tak pernah sepi dengan kendaraan. Mungkin karena semilir angin yang berhembus sejuk dari celah-celah beton jalan layang yang membuat orang-orang betah menikmati makan siangnya. Atau karena ini Yogyakarta sehingga seperti apapun tempatnya, suasana dan rasa yang tercipta selalu menjadi istimewa.
[caption id="attachment_345269" align="aligncenter" width="646" caption="Suasana kolong Jembatan Layang Janti di jam makan siang. Setiap harinya penjual makanan dan minuman berjejer di kolong jalan ini dan menjadi pilihan tempat makan di pinggiran kota Yogyakarta (dok. pribadi)."][/caption]
Beberapa hari lalu saya mencoba menikmati makan siang yang agak berbeda dari biasanya. Menuju ke arah timur batas kota Yogyakarta, setelah melintasi sepenggal Jalan Solo-Yogyakarta, saya berhenti di bawah jalan layang Janti. Seperti kebanyakan jalan laying pada umumnya, jalan layang Janti juga ramai dengan hilir mudik kendaraan mulai dari jenis sepeda motor, mobil pribadi, bus berukuran besar hingga truk-truk penuh muatan.
[caption id="attachment_345276" align="aligncenter" width="383" caption="Salah satu sudut kolong Jembatan Layang Janti (dok. pribadi)."]
[caption id="attachment_345277" align="aligncenter" width="630" caption="Halte Trans Jogja di kolong Jembatan Layang Janti membuat tempat ini cukup strategis dan mudah dicapai meski berada di pinggiran kota Yogyakarta (dok. pribadi)."]
Jalan layang Janti adalah salah satu simpul jalan lingkar luar Yogyakarta yang menjadi gerbang lalu lintas menuju dan meninggalkan kota Yogyakarta. Setiap harinya bus-bus AKAPdari awah Jawa Timur dan kendaraan-kendaraan pribadi masuk dan meninggalkan Yogyakarta melalui jalan layang ini. Tempat ini cukup terkenal terutama bagi orang luar Yogyakarta karena biasanya mereka yang tiba menggunakan bus AKAP memilih turun di Janti. Pangkalan taksi, ojek, agen busdan halte Trans Jogja ada di bawah jalan layang ini.
Namun tak hanya sebagai jalur kendaraan, jembatan layang Janti juga menjadi tempat banyak orang beristirahat sambil mengisi perut mereka. Di bawah jembatan layang dengan tiang-tiang beton berukuran raksasa ini setiap harinya ada banyak penjual makanan berjejer. Tempat ini pun menjadi pilihan tempat jajan sebagian orang, terutama di waktu makan siang.
[caption id="attachment_345278" align="aligncenter" width="594" caption="Penjual makanan dan minuman di kolong Jembatan Layang Janti (dok. pribadi)."]
Aneka jenis makanan dan minuman dijual oleh para penjual dengan menggunakan gerobak atau warung tenda sederhana. Siomay, bakso, mie ayam dan angkringan nasi kucing adalah sebagian makanan yang bisa dinikmati di tempat ini. Jika menghendaki makanan yang lebih berat, kita tinggal melangkah beberapa meter untuk tiba di warung gado-gado dan soto. Untuk menemani makan siang, sambil duduk lesehan beratapkan jalan layang, kita bisa menyegarkan tenggorokan dengan aneka jus dan es buah.
[caption id="attachment_345274" align="aligncenter" width="630" caption="Salah satu angkringan di kolong Jembatan Layang Janti (dok. pribadi)."]
[caption id="attachment_345272" align="aligncenter" width="630" caption="Nasi kucing, sate usus dan gorengan di angkringan kolong Jalan Layang Janti (dok. pribadi)."]
[caption id="attachment_345273" align="aligncenter" width="630" caption="Menikmati nasi kucing sambal teri di kolong Jembatan Layang Janti (dok. pribadi)."]
[caption id="attachment_345275" align="aligncenter" width="402" caption="Selamat makan dari kolong Jembatan Layang Janti! (dok. pribadi)."]
Menikmati makan siang di bawah jembatan layang seperti ini akan terasa asyik sambil berbincang ringan tentang apa saja. Namun jika datang seorang sendiri kita pun tetap bisa menikmati suasana dengan melempar pandangan kearah jalan raya mengamati Yogyakarta yang semakin macet. Jika beruntung datang di waktu yang pas kita bisa melihat dan menikmati deru suara kereta api melintas di bawah jalan layang ini juga.
Makan siang di bawah layang yang ramai dengan kendaraan menjadi pengalaman pertama saya. Untungnya kondisi kolong jalan layang lumayan bersih. Hampir tak ada sampah berserakan di sekitarnya. Hanya suara deru atau asap kendaraan yang sedikit membuat tidak nyaman. Namun hal itu tetap tidak mengurangi minat orang untuk makan di tempat ini. Buktinya siang itu banyak orang yang memutuskan menepikan kendaraannya dan memutuskan bersantap siang seperti saya.
[caption id="attachment_345270" align="aligncenter" width="630" caption="Kolong Jembatan Layang Janti, alternatif tempat jajan dan menikmati sudut lain Yogyakarta yang istimewa (dok. pribadi)."]
Soal harga masih standar Yogyakarta alias ramah di kantung. Siang itu saya memutuskan untuk menuju salah satu angkringan yang ramai. Menghabiskan 2 bungkus nasi kucing, dua tusuk sate usus, beberapa potong gorengan, segelas es teh dan segelas jeruk hangat, saya cukup membayar Rp. 10.000. Di bawah kolong jalan layang,Janti, dengan dua bungkus nasi kucing dan sensasi deru mesin kendaraan yang tak henti bersuara, kembali saya merasakan istimewanya Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H