Di sudut jalan kampung Pekalipan, di ujung Jalan Karanggetas menuju Pasar Kanoman, Cirebon, langkah saya terhenti. Sebuah bangunan dengan eksterior mencolok menarik perhatian. Pintu dan atap gapura berwarna merah dengan 2 pohon berdaun teduh berwarna hijau menjadi pembeda tempat itu dari sekitarnya. Tanpa pikir panjang sayapun berjalan maju menuju tempat tersebut.
[caption id="attachment_301821" align="aligncenter" width="600" caption="Vihara Pemancar Keselamatan (dok. pribadi)"][/caption]
Bertanya-tanya kepada sejumlah orang yang sedang duduk di warung kopi di dekat pintu, saya mencari tahu apakah boleh masuk ke dalamnya. Seorang berwajah Tionghoa memberikan jawaban yang menyenangkan. Saya pun masuk perlahan-lahan karena agak segan ketika melewati pintunya. Baru dua langkah di dalam mata saya langsung menatap sebuah bangunan cantik merah menyala. Tempat ini ternyata sebuah vihara.
Vihara Pemancar Keselamatan, nama bangunan itu. Vihara ini sebenarnya tak ada dalam daftar destinasi saat berwisata mengunjungi Cirebon 28-30 Maret 2014 lalu. Tapi tanpa sengaja saya justru menemukan bangunan cantik ini ketika sedang mencari-cari letak Kraton Kanoman.
[caption id="attachment_301822" align="aligncenter" width="576" caption="Vihara Pemancar Keselamatan berada di kampung Pekalipan, Karanggetas, Kota Cirebon (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_301824" align="aligncenter" width="373" caption="Gerbang masuk vihara (dok. pribadi)"]
Vihara Pemancar Keselamatan adalah tempat ibadah umat Budha di Cirebon. Vihara ini juga dikenal dengan nama Vihara Boen San Tong. Sementara menurut seorang jemaat yang saya temui di dalamnya vihara ini biasa disebut Vihara Keslametan.
Suasana Vihara Pemancar Keselamatan cukup tenang kecuali lalu lintasnya yang lumayan ramai karena berdekatan dengan pasar. Di dalam kompleks vihara terdapat rumah yang dihuni oleh keluarga penjaga dan perawat vihara. Ketika saya berkunjung beberapa orang jemaat sedang berada di dalamnya. Mereka duduk santai berbincang satu sama lain seusai sembahyang. Sementara beberapa orang bermain catur di sudut bagian halaman vihara.
[caption id="attachment_301823" align="aligncenter" width="591" caption="Bagian depan Vihara Keselamatan yang menjadi ruangan pertama tempat umat Budha beribadah (dok. pribadi)"]
Saya cukup terkesan saat seorang jemaat dengan ramah menyambut saya padahal saya belum sempat “kulonuwun”. Disambut lebih dulu membuat saya semakin segan dan akhirnya meminta izin untuk melihat-lihat vihara. Dengan ramah beliaupun mempersilahkan bahkan menjelaskan beberapa hal terkait vihara. Beliau mempersilahkan saya untuk melihat semua bagian vihara dan memotretnya.
Vihara Pemancar Keselamatan sudah berusia ratusan tahun. Dibangun 1894 vihara ini menjadi tujuan utama umat Budha di Kota Cirebon untuk bersembahyang. Meski ada sejumlah vihara dan klenteng di Cirebon, namun menurut penuturan seorang jemaat vihara ini masih lumayan murni karena hanya umat Budha yang bersembahyang di Pemancar Keselamatan. Sementara di vihara dan klenteng lain umatnya cukup beragam, tak hanya Budha namun juga Kong Hu Chu dan penganut kepercayaan.
Selain sebagai tempat ibadah umat Budha, Vihara Pemancar Keselamatan juga menjadi tempat digelarnya rangkaian perayaan Imlek karena sebagian besar umat Budha di tempat ini juga keturunan Tionghoa,
Vihara Pemancar Keselamatan memiliki 3 ruangan sebagai tempat sembahyang. Di setiap ruang terdapat sejumlah patung yang melambangkan Budha dan sejumlah dewa. Umat di vihara ini bersembahyang urut dari ruangan pertama, kedua lalu hingga ketiga.
Ruangan pertama adalah bangunan yang berada paling depan setelah pintu masuk. Seperti halnya Vihara pada umumnya, bentuk dan desain ruangan pertama ini sangat khas dengan atap melengkung dan tiang-tiang kayu sebagai penyangga. Warna merah mendominasi cat pada tiang, dinding, hingga langit-langit atap. Sementara itu 3 buah papan berwarna coklat bertuliskan huruf mandarin berwarna emas terpasang di dekat langit-langit bangunan. Beberapa buah lampion besar berwarna merah dengan huruf-huruf mandarin juga menggantung di langit-langit. Di samping deretan lampion terdapat bedug dan lonceng yang akan dibunyikan secara bersamaan setiap digelar acara penting di vihara.
[caption id="attachment_301825" align="aligncenter" width="569" caption="Ornamen berupa lampion dan ukiran huruf mandarin mendominasi bagian vihara. Sementara langit-langit, tiang dan dinding vihara berwarna merah menyala (dok. pribadi)"]
Di ruangan pertama ini terdapat 2 meja besar yang di atasnya diletakkan guci kuningan berwarna emas tempat meletakkan dupa atau hio yang dibakar. Di sekitarnya terdapat beberapa gelas kecil berisi air. Ada juga guci lainnya berukuran lebih kecil tempat meletakkan lilin. Lukisan-lukisan yang menggambarkan kisah Budha digoreskan pada dinding di ruangan ini.
[caption id="attachment_301826" align="aligncenter" width="578" caption="Altar peribadatan di ruangan pertama vihara (dok. pribadi)"]
[caption id="attachment_301827" align="aligncenter" width="608" caption="Dewa Bumi di ruang peribadatan pertama (dok. pribadi)"]
Bagian utama dari ruangan pertama ini adalah sebuah altar yang di atasnya terdapat 4 patung Dewa Bumi berwarna emas dengan 2 orang pengawalnya. Di depan patung Dewa Bumi diletakkan 3 gelas kecil berwarna merah yang berisi air dan sebuah papan kayu bertuliskan “Hok Tek Tjen Shen”. Menurut penuturan jemaat, ruangan pertama dan Dewa Bumi harus pertama kali disembahyangi karena menjadi simbol tuan rumah sementara jemaat yang akan bersembahyang pada dasarnya adalah tamu.
[caption id="attachment_301830" align="aligncenter" width="536" caption="Ruang peribadatan dua berupa altar dengan beberapa patung Budha (dok. pribadi)"]
Tepat di samping ruangan pertama ini adalah ruangan kedua. Di ruangan itu terdapat sebuah altar dengan beberapa patung Budha. Mirip dengan ruangan pertama, di depan patung Budha juga diletakkan sebuah guci logam berwana emas dan beberapa gelas kecil berisi air. Di depan meja altar Budha terdapat sebuah kursi dengan bantalan busa berwana merah yang biasa digunakan untuk alas para jemaat ketika bersimpuh saat berdoa.
Meninggalkan ruangan kedua ada ruangan ketiga tepat di belakang ruangan pertama. Ruangan ketiga adalah bagian paling luas dari Vihara Pemancar Keselamatan. Di ruangan ini terdapat beberapa altar lengkap dengan patung sejumlah Dewi termasuk Dewi Kwan Im. Yang sangat menarik dari ruangan ketiga adalah tiang penyangganya yang berukuran besar dengan ornamen naga membelit tiang. Di dalam ruangan ketiga juga terdapat banyak lukisan yang ditempatkan di dinding sekitar altar.
[caption id="attachment_301834" align="aligncenter" width="536" caption="Ruang peribadatan ketiga memiliki sejumlah altar dengan beberapa patung Dewi. Selain lampion dan lukisan, daya tarik ruangan ini adalah ornamen naga yang membelit tiang peyanggga (dok. pribadi)"]