Empat puluh tahun yang lalu, tepatnya 20 April 1975, sebuah tempat indah yang merangkum ragam budaya bangsa berdiri megah. Sempat diiringi debat pro dan kontra mengenai keperluan pembangunannya, kini ia justru dicintai masyarakat dan menjadi kebanggaan Indonesia. Selama 40 tahun ia menjadi etalase sekaligus perekat budaya bangsa yang tiada duanya. Bagaikan monumen raksasa, ia mengabadikan Indonesia dengan segenap simbol keluhuran budaya dari Aceh hingga Papua. Ia bernama Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
[caption id="attachment_356088" align="aligncenter" width="595" caption="Pementasan tarian daerah Malinau, Kalimantan Utara di Gedung Sasono Taman Mini Indonesia Indah dalam rangka Kompasianival 2014 (dok. pribadi)."][/caption]
Sepanjang usia saya baru dua kali mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah. Kunjungan terakhir saat ajang Kompasianival, 22 November 2014 yang dipusatkan di Gedung Sasono. Sementara yang pertama sudah berlalu sangat lama. Meskipun demikian selalu ada rasa yang sama ketika berada di tempat ini. Di TMII saya seperti sedang diajari lagi menjadi manusia Indonesia yang bisa mencintai perbedaan.
Dengan 33 anjungan daerah, 18 museum, 7 rumah ibadah dan belasan taman rekreasi yang kental dengan pesona budaya negeri, Indonesia Kecil ini sungguh luar biasa. Taman Mini Indonesia Indah tak sekadar bertahtakan keindahan fisik, tetapi mampu menerjemahkan makna dan keluhuran budaya bangsa.
Terlintas pikiran bahwa gagasan membangun Taman Mini Indonesia Indah adalah bentuk visi yang sangat tajam di kala itu. Seolah mampu membaca kebutuhan zaman bahwa di masa mendatang akan ada tantangan dan ancaman yang hebat dari laju globalisasi yang mengancam keutuhan budaya bangsa.
Salah satu dampak paling nyata dari globalisasi yang kita rasakan saat ini adalah menguatnya sentimen kedaerahan dan agama. Ironisnya hal itu seringkali dimunculkan untuk kepentingan sesaat. Tanpa disadarikita menjadi terbiasa dengan rasa saling curiga dan memandang rendah sesama yang berbeda.
Perselisihan yang mudah meletup dengan isu kedaerahan dan keyakinan adalah bukti bahwa diam-diam ikatan ke-Indonesia-an kita sedang merenggang. Kita semakin alergi dengan perbedaan pendapat. Saat pemilu dan pilkada berlangsung agama dan suku dieksploitasi, bahkan seringkali disesatkan untuk memfitnah. Jelang hari raya agama tertentu banyak beredar sms dan selebaran gelap masalah kelemahan ajarannya, lalu propaganda di media sosial tentang halal atau haram pemberian ucapan selamat hari raya . Semua itu adalah tanda bahwa nilai-nilai budaya bangsa mulai luntur dari dalam diri sebagian manusia Indonesia.
Kita sering berbicara tentang keberagaman tapi di saat yang sama setengah hati menerima perbedaan di dalamnya. Toleransi yang menjadi kekuatan Indonesia kini tampak abu-abu. Toleransi yang dulu membuat indah perbedaan kini menjadi ambivalen dan tercemar ego.
Pelan-pelan tanpa disadari kita bagaikan sedang bergerak untuk menolak keberagaman, sesuatu yang sebenarnya menjadi pondasi dan perekat Indonesia hingga menjadi bangsa yang besar.
Berada di TMII membangkitkan kembali kesadaran bahwa kita tidak hidup di atas tanahair yang kosong. Di sekitar kita ada banyak warna budaya yang berbeda dan indah. Di saat kita menolak dan membuang salah satu di antaranya, maka keindahan itu tak akan lagi ada, Indonesia tinggal cerita.
TMII memancarkan pesan penting untuk manusia Indonesia agar hidup damai dan berdampingan di atas keberagaman. Kemegahan ragam warna budaya negeri yang ditampilkan di TMII juga menyiratkan nilai kemanusiaan, keadilan, demokrasi, persaudaraan dan cinta tanah air yang selama ini menjaga Indonesia. Oleh karena itu di saat semua nilai budaya itu memudar, di saat kita mulai jauh dari rasa saling mengharga, berganti rasa saling curiga dan benci, TMII adalah tempat yang tepat untuk bertanya: “ke manakah semua semangat yang dulu membangun tanahku?”.
[caption id="attachment_356089" align="aligncenter" width="560" caption="Berbagai anjungan daerah di Taman Mini Indonesia Indah (tamanmini.net)."]
Menyaksikan Masjid Diponegoro bersisian dengan Gereja Santa Catharina, Gereja Haleluya, Pura Penataran Agung Kertabhumi, Vihara Arya Dwipa Arama, lalu di sisi lain ada Klenteng Kong Miao, dapat mengingatkan kembali hakikat memupuk rasa saling menghormati antar umat beragama. Tempat-tempat ibadah yang berdampingan itu adalah pesan berharga bagi manusia Indonesia untuk membentuk kembali sikap dan perilaku positif terhadap keberagaman.
Sama halnya ketika menyaksikan anjungan daerah berdiri berdampingan serasi satu sama lain. Anjungan-anjungan itu, dengan berbagai kegiatan yang digelar dan dapat disaksikan semua orang adalah wahana pertukaran budaya untuk menjalin rasa saling terbuka, saling kagum dan menghargai antar daerah. Indonesia tidak akan pernah ada tanpa ikatan antar suku dan daerah. Hanya dengan rasa saling pengertian dan menghargai budaya kita bisa hidup dengan damai.
Melihat berbagai anjungan daerah di TMII, tempat-tempat ibadah dan bangunan lainnya seperti Monumen Hakka kita tak hanya ditunjukkan keindahan arsitektur tapi juga diajak menyerap hakikat kehidupan yaitu saling melengkapi antar unsur budaya negeri. Keberagaman yang terbangun di TMII adalah pesan yang kuat untuk menerima dan menjaga keberagaman budaya yang tumbuh di Indonesia.
TMII adalah harmoni Indonesia kecil yang penuh dengan kekuatan pemersatu. Kekuatan itu sudah semestinya ditangkap dan dijaga oleh setiap manusia Indonesia untuk memperat lagi persaudaraan antar daerah, suku dan agama. Di TMII kita belajar menjaga Indonesia yang indah dengan semangat yang satu untuk saling menghargai dan mencintai.
[caption id="attachment_356090" align="aligncenter" width="624" caption="Ada yang sama, ada yang berbeda, itulah fitrah Indonesia. Di TMII kita diingatkan bahwa Indonesia bukan tanah air yang kosong. Indonesia Indah karena ragam budaya yang kuat dan terjaga (tamanmini.com)."]
Ada yang sama, ada yang berbeda, itulah fitrah Indonesia. Taman Mini Indonesia Indah mengajak kita untuk terus merekatkan dan memperkuat budaya bangsa dengan hidup harmonis dalam keberagaman budaya, membangun rasa saling percaya antar suku,, memperkuat rasa saling terbukaantar daerah dan menjunjung sikap saling menghargai antar umat beragama. Sungguh Indonesia Kecil ini sangat menakjubkan. Jayalah Taman Mini Indonesia Indah!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H