Pagi yang dingin dan semangkuk soto adalah pasangan kenikmatan. Untuk menciptakannya cukup mudah. Cukup datang ke penjual soto yang banyak berserakan di sepanjang jalan.
Saya sebenarnya bukan penggemar berat soto. Akan tetapi akhir-akhir ini saya kerap bersantap pagi dengan semangkuk soto karena cuaca yang sering hujan sehingga makanan berkuah panas menjadi pilihan. Penjual soto juga sudah banyak dijumpai sejak pukul 6 pagi. Selain itu isiannya lumayan ada karbohidrat, protein, dan sayuran meski jumlahnya sedikit. Maka pada Senin pagi kemarin pergilah saya ke sebuah tempat penjual soto yang setiap hari selalu ramai meski hanya berjualan secara sederhana di bawah pohon rambutan dan mangga.
Beberapa kali menikmati soto saya kemudian menyadari betapa beragamnya varian soto di Indonesia. Saya sudah mencicipi racikan soto dari beberapa daerah seperti Jogja, Solo, Semarang, Surabaya, Lamongan, Jakarta (Betawi), hingga soto khas wong Banyumas terutama Purwokerto, Sokaraja, dan Purbalingga yang disebut sroto. Soto ala orang Sumatera juga sempat saya cecap. Dan soto yang saya nikmati pagi ini adalah soto ayam gaya Yogyakarta yang berkuah ringan dengan jejak kekuningan dari minyak kaldu ayam.
Varian soto memang cukup banyak, terutama di Jawa, lebih khusus lagi Jawa Tengah dan Yogyakarta yang menjadi gudangnya soto. Selain itu soto juga ada di beberapa daerah di Sumatera dan Sulawesi. Kita pun mengenal soto khas Medan dan coto asal Makassar. Semua varian soto di Indonesia enak dan tak sedikit yang menjadi signature dish daerah masing-masing.
Pelengkap isi soto bervariasi, seperti kol/kobis, tauge, tomat, daun bawang, daun seledri, bawang goreng, koya, dan masih banyak lagi. Telur rebus dan jeroan seperti babat, usus, hati dan ampela juga sering disertakan sebagai pendamping yang nikmat bagi yang menyukai.
Karena kepopulerannya, serta rasanya yang nikmat dan mudah diterima oleh lidah setiap orang, soto akhirnya menjadi salah satu makanan nasional Indonesia. Padahal, jika ditelisik jauh ke belakang, makanan berkuah ini bukanlah sajian asli yang diciptakan orang Indonesia. Masyarakat Indonesia zaman dahulu, terutama orang Jawa cenderung tidak membuat makanan berkuah banyak dan panas. Apalagi jika dihubungkan dengan tradisi dan kondisi masyarakat di masa lalu yang terbiasa makan menggunakan tangan dan peralatan makan seadanya.
Lalu dari mana soto berasal dan siapa yang memperkenalkannya kepada masyarakat Indonesia?. Hidangan Soto memang lahir di Indonesia, tapi cikal bakalnya ternyata berasal dari budaya makan orang Tiongkok yang di masa dahulu datang sebagai imigran. Menyantap makanan berkuah panas dalam mangkuk adalah kebiasaan orang-orang Tiongkok sebagai bentuk adaptasi sekaligus kebutuhan karena hidup di negara empat musim. Dan, membawa resep masakan sendiri juga menjadi kebiasaan mereka saat menjelajah negeri lain.
Pada awalnya soto ala imigran Tiongkok sangatlah sederhana dan rasanya tidak sekaya saat ini. Diduga pada saat itu soto hanya berupa daging atau jeroan yang dimasak dalam kuah panas. Orang Tiongkok memang gemar menyantap daging dan jeroan, tapi tidak menggunakan banyak jenis bumbu.