Masyarakat penikmat konten tidak boleh diam. Melaporkan konten-konten buruk yang menyebarkan informasi bohong, ujaran kebencian, plagiasi dan sebagainya merupakan inisiatif baik yang perlu dimajukan. Langkah itu merupakan upaya untuk mewujudkan ruang bersama yang lebih berkualitas.
Hari ini semakin banyak orang yang menjadi kreator konten. Semakin mudah pula memproduksi konten. Seorang guru bisa menjadi tiktoker. Seorang dokter aktif sebagai youtuber. Seorang karyawan menjadi food vlogger. Murid dan mahasiswa jadi influencer. Mantan wartawan meneruskan hobi sebagai blogger dan masih banyak lagi.
Dengan kata lain sekarang siapa pun bisa memainkan peran sebagai kreator. Membuat teks, gambar, maupun video lalu mengunggahnya ke media sosial dan media-media lain yang mewadahi hasil kreasi, termasuk youtube dan blog bersama seperti Kompasiana.
Kemudahan dan keleluasaan tersebut membuat ruang digital semakin kaya dan berwarna. Masyarakat penikmat konten dimanjakan dengan aneka pilihan tontonan, bacaan serta hiburan yang menuruti selera  dan kebutuhan.Â
Seperti telaga yang tak pernah kering sumber airnya, setiap menit bahkan detik mengalir ribuan konten baru. Setiap hari pula lahir kreator konten dengan beragam motivasi dan tujuan. Ada yang karena tuntutan peran, tugas, dan pekerjaan mengharuskannya adaptif dan merambah aneka media baru. Ada yang tergerak untuk membagikan keahlian dan pengetahuannya.Â
Ada yang bermaksud mengembangkan kreativitas sembari memperluas pengaruh. Ada yang menjadikannya sebagai pelampiasan pikiran dan pendapat. Ada yang terinspirasi kesuksesan kreator konten lain. Ada pula yang tergiur peluang mendapatkan popularitas serta cuan dari konten-konten yang dibuat.Â
Di satu sisi kemelimpahan konten itu memberikan opsi atau pilihan baru bagi penikmat konten. Namun, ada dampak dan konsekuensi yang tak terhindarkan dari semakin banyaknya kreator konten karena kemelimpahannya juga menyumbang pencemaran ruang digital. Telaga yang setiap hari dialiri konten-konten baru menjadi semakin keruh kolamnya karena banyak konten buruk yang tak tersaring sempurna.Â
Meski ada pembersihan dan penyaringan secara berkala, upaya itu belum cukup untuk menanggulangi aliran konten buruk. Derasnya arus konten buruk belum sebanding dengan penyaringan yang dilakukan. Salah satunya karena penyaringan hanya dilakukan oleh sedikit pihak. Kapasitas sarana penyaringnya pun terbatas sehingga hasil penyaringan tidak maksimal.