Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Raja Jawa dan Tanah Kuburan

23 Agustus 2024   19:01 Diperbarui: 25 Agustus 2024   08:09 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi mengenakan pakaian Ageman yang serupa dengan busana Rasa Keraton Surakarta (dok. Sekretariat Presiden via kompas.com).

Misalnya "Segenggam Tanah Kuburan" karya Kuntowijoyo. Sastrawan dan ahli sejarah yang termahsyur itu menggambarkan bagaimana seorang yang rakus mencuri tanah kuburan, lalu menebarkannya ke rumah-rumah penduduk. Dengan tanah kuburan tersebut penduduk bisa dibuat terlena dan hilang waspada. 

Namun, suatu hari ia mendapatkan seorang penghalang. Maka ia pun menebarkan tanah kuburan di atap dan sekeliling rumah orang yang dianggap bisa menghalangi keinginannya itu. Kekuatan tanah kuburan akan membuat musuh penghalangnya tertidur. Berharap saat semua penduduk dan penghalang bisa ditaklukkan, orang itu akan leluasa menguasai desa, mengambil semua yang diinginkan dan esok harinya muncul di antara penduduk tanpa rasa bersalah.

Masihkah mitos atau takhayul itu dianut oleh orang-orang zaman modern. Nampaknya itu masih eksis hingga sekarang. Paling tidak dari omongan-omongan bernada miring dalam pemilihan kepala desa atau pilkada. 

Konon salah satu maksud mengapa rumah-rumah calon kepala desa, anggota legislatif, dan kepala daerah harus ramai dan ditunggui sepanjang malam hingga saat pencoblosan ialah untuk mencegah datangnya penyusup atau orang suruhan musuh yang ingin menaburkan tanah kuburan di sekitar rumah. Sebab diyakini tanah kuburan bisa membuat kekuatan, keunggulan, atau kharisma seseorang lenyap seketika sehingga kalah dalam kontestasi. 

Upaya-upaya penaklukan rakyat dan para penghalang juga masih terjadi hingga kini. Berulang kali kita saksikan masyarakat dibuat seolah tidak berdaya. Rakyat seperti tertidur atau ditidurkan saat kedaulatan serta hak-haknya dimanipulasi oleh segelintir pembesar dan penguasa.  Pada saat yang sama secara ajaib orang-orang yang semula dianggap membela rakyat, tiba-tiba lemah dan lumpuh keberaniannya. Mereka secara cepat takluk dan tunduk.

Kekuatan tanah kuburan yang muncul pada kisah zaman kerajaan atau pada masyarakat  zaman dahulu ternyata masih ada. Meski  yang ditaburkan ke atas genteng rumah-rumah warga bukan dalam bentuk tanah dari lapukan batuan. Mungkin yang disebarkan ke rumah-rumah para lawan dan penghalang bukan lagi butiran-butiran dari timbunan makam.

Jimat tanah kuburan yang ditebar oleh raja zaman sekarang telah berganti rupa dalam bentuk bansos, jabatan, dan akses kekuasaan. Terbukti, rakyat dibuat terlena dan tertidur saat ditebari bansos. Lawan-lawan politik dan penghalang takluk dengan tebaran tawaran jabatan.

Dan, ada satu lagi bentuknya yang paling mutakhir. Bentuk yang ampuh membuat orang-orang besar takluk, tunduk, dan menurut. Jimat tanah kuburan itu berbentuk konsesi tambang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun