Kampung kami punya dua "pintu masuk" utama. Masing-masing di timur dan utara.
Dari timur, kampung kami bisa dituju langsung dari jalan raya. Sebuah jalan provinsi yang sudah ramai sejak saya kecil. Oleh karenanya saat musim mudik lebaran lazim pula kemacetan terjadi di sini. Saat sedang padat, kendaraan yang berhenti bisa mengekor sampai ke arah yang menghadap mulut gang menuju rumah.
Disebabkan karena bersinggungan langsung dengan jalanan yang ramai, sisi timur kampung menjadi yang paling pesat kemajuannya. Dengan sendirinya wajah kampung kami di sisi timur berubah paling drastis sejak saya mengenali dan mengingatnya pertama kali.

Setiap pulang kampung hampir selalu ada kebaruan yang saya temui di sisi timur. Tak hanya berupa satu atau dua bangunan baru, tapi beberapa bangunan lama juga berubah rupa dan fungsi. Luasan tanah kosong pun semakin berkurang karena ditempati rumah-rumah dan pertokoan yang sebagian milik warga pendatang.
Beberapa tahun lalu saya terkejut ketika menjumpai sebuah SPBU besar dan bengkel perawatan mobil telah muncul di timur kampung. Lalu warung soto di dekat perempatan telah punya teman sebuah warung padang. Sementara sebuah toko bangunan yang sudah ada sejak saya kecil telah melakukan ekspansi dengan mengambil tanah-tanah di sisi selatan bangunan lama.
Lalu setahun kemarin sebuah minimarket menampakkan diri dengan warna merahnya yang mentereng. Minimarket itu buka 24 jam, menggantikan sebuah bangunan yang bertahun-tahun sebelumnya merupakan sebuah gudang.

Demikian seterusnya bangunan-bangunan baru dengan beragam fungsi dan peruntukkan telah memadati sisi timur kampung kami. Kalau hendak disebutkan satu persatu, di sana telah ada SPBU, bengkel mobil, minimarket, kantor notaris, apotek, praktik dokter, toko bangunan, gudang dan kantor ekspedisi, kantor bus pariwisata, warung padang, warung soto, warung seblak, toko oleh-oleh, toko furniture, tempat pangkas rambut, pabrik, dan lain sebagainya. Saat malam daftar keramaian akan bertambah seiring hadirnya penjual ayam goreng, sate ayam, martabak, pecel lele, dan roti bakar.
Walau demikian ada juga yang menghilang. Penjual bakso langganan saya saat kecil sudah lama pamit. Warungnya yang terbuat dari kayu tak lagi berbekas. Tanah tempat warung itu dulu berdiri telah jadi bagian halaman depan rumah warga.