Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Lewat "Perpustakaan Bergerak" di Malioboro, Mas Congok Menolak Diam

9 April 2023   20:25 Diperbarui: 9 April 2023   20:42 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mas Congok, perintis "Perpustakaan Bergerak" di Malioboro, Yogyakarta (dok.pribadi).

Ramadan hari ke-17 mempertemukan saya secara tak sengaja dengan seseorang yang agak bingung saya mendeskripsikannya. Ia seniman tato jalanan, tapi juga terampil membuat pernak-pernik kerajinan tangan. Lalu Pandemi Covid-19 dan revitalisasi Malioboro bergiliran menghimpit usahanya. Dalam kesukaran, bukannya menyerah atau putus asa, aksi hebat justru ia cipta. 

Masih di jalanan dan tetap di keramaian Malioboro. Dengan sebuah sepeda yang dimodifikasi sebagai wadah dan pengangkut buku-buku, ia menggelar "Perpustakaan Bergerak".

Panggil saja ia Mas Congok. Senyum tipisnya saat memperkenalkan diri segera saya tangkap sebagai isyarat bahwa itu hanya nama panggilannya sebagai seniman tato. Saat saya penasaran dengan nama aslinya, senyumnya makin merekah. Ia hanya menambahkan satu nama pendek. "Mul. Mul-congok", katanya.

Sabtu (8/4/2023) sore itu sekitar pukul 15.00, Mas Congok baru memarkir sepedanya di pedestrian Malioboro. Tepatnya di depan bekas Tourist Information Center (TIC) atau di sisi selatan Halte Malioboro 2. 

Pengunjung Malioboro melintas di depan
Pengunjung Malioboro melintas di depan "Perpustakaan Bergerak" pada Sabtu (8/4/2023).  (dok.pribadi).

Puluhan buku masih setengah berantakan. Beberapa tergeletak di kursi pedestrian. Dengan tekun ia mulai merapikan semuanya. Ketika ada pengunjung Malioboro yang mendekati sepedanya, Mas Congok menghentikan sejenak kegiatan merapikan buku. Ia segera mempersilakan pengunjung itu untuk melihat-lihat. Saat pengunjung terlihat malu, Mas Congok pun membujuk. "Mari baca, gratis. Dilihat dulu nggak papa, mungkin ada buku yang disuka", katanya meyakinkan.

Mas Congok sebenarnya seorang seniman tato. Sudah belasan tahun ia menekuni kegiatan melukis tato. Ia juga membuat aneka kerajinan tangan seperti gelang dan tas kulit yang ditawarkan kepada para pengunjung Malioboro. "Dulu tempat saya di situ", katanya sambil menunjuk bagian di dekat gapura masuk bekas gedung TIC.

Namun, semenjak pandemi Covid-19 dan revitalisasi Malioboro yang diikuti dengan relokasi pedagang kaki lima (PKL), Mas Congok kesulitan menjajakan hasil kerajinan tangannya. Apalagi ia tak mendapat alokasi tempat di Teras Malioboro. Ia tak tahu pasti alasannya. Tak mau menyalahkan keadaan, ia berusaha bertahan dengan terus menekuni seni tato. 

Mas Congok tak menampik bahwa peminat tato tak seramai dahulu. Kondisi itu membuat tangannya "gatal". Tak mau diam hanya menunggu datangnya peminat tato, Mas Congok mencoba menyibukkan diri dengan kegiatan lain. 

Pada 10 November 2022, ia mulai membawa buku-buku bacaan ke Malioboro. Mas Congok mengaku tak punya motivasi khusus. Ide itu datang begitu saja. Ia mengaku suka membaca dan berpikir buku-buku itu mungkin juga menarik bagi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun