Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Lorong-lorong di Kota Semarang yang Membawa Saya ke Rumah NH Dini

8 Maret 2023   13:59 Diperbarui: 9 Maret 2023   14:00 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lorong Sekayu di muka rumah Nh. Dini (dok.pribadi).

Petunjuk dari bapak penjual wedang tahu di Jalan Depok menuntun saya memasuki lorong-lorong sempit di Kembang Paes. Dimulai dari tempat itu, langkah kaki menuju rumah masa kecil Nh. Dini dilalui dari lorong ke lorong.

Semarang terasa teduh dan tenang pada Minggu (19/2/2023) pagi. Dari lantai 3 penginapan, Jalan Depok seperti masih enggan menggeliat.

Belum banyak kendaraan lalu lalang. Pertokoan dan bangunan di sepanjang jalan banyak yang masih menutup pintu. Padahal ini salah satu jalan besar di tengah Kota Semarang. Barangkali karena waktu baru menunjukkan pukul enam lewat.

Setengah jam kemudian dari ruangan resepsionis, sebelum mengembalikan kunci kamar, saya sempatkan melongok lagi ke arah Jalan Depok. Kali ini situasi sedikit lebih ramai. Beberapa orang berpakaian rapi melintas, menyeberang, lalu mengarah ke terusan yang sama. Semuanya berjalan kaki. Saya menduga mereka hendak pergi ke gereja untuk beribadah Minggu.

Menginap di Jalan Depok memang sengaja saya pilih. Sebab di jalan ini Nh. Dini pernah meninggalkan sebentuk cerita yang bagi saya merupakan salah satu episode paling mengharukan dalam buku "Sekayu".

Diceritakan oleh Nh. Dini bahwa saat duduk di bangku Sekolah Rakyat (SR) ia berpindah tempat belajar karena kebijakan pemerintah saat itu mengharuskan murid-murid dari sekolah lamanya menempati beberapa sekolah lain. Dini kurang beruntung karena mendapat sekolah yang lebih jauh. Ia pun harus berjalan kaki lebih jauh.

Kembang Paes, lorong pintas menuju Sekayu (dok.pribadi).
Kembang Paes, lorong pintas menuju Sekayu (dok.pribadi).

Jarak yang ditempuh ditambah hawa terik Semarang membuat Nh. Dini sering merasa kelelahan. Sesekali ia bisa membonceng sepeda temannya. Namun, itu kesempatan yang jarang didapatkan.

Suatu hari, Nh. Dini pergi ke sebuah toko sepeda di Jalan Depok. Pemilik toko itu merupakan kenalan baik almarhum ayahnya. Kedatangan Dini bermaksud untuk menukar sepeda peninggalan sang ayah dengan sepeda baru yang cocok untuk bocah perempuan. Sang pemilik toko bersedia dengan ketentuan Dini perlu menambahkan sedikit uang untuk mendapatkan sepeda pengganti.

Syarat tukar tambah itu terlalu berat bagi Nh. Dini. Ia tak tega meminta uang kepada sang ibu karena setelah sang ayah meninggal dunia mereka harus lebih berhemat. Dini pun meninggalkan Jalan Depok tanpa sepeda yang ia ingini. Pada kemudian hari ia memilih mengayuh sepeda tua milik sang ayah untuk berangkat sekolah. Sepeda yang terlalu susah dan tinggi untuk dinaiki oleh seorang bocah perempuan mungil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun