Tak ada sanksi untuk Indonesia. Bukan pula pengasingan yang menjadi hukuman bagi sepakbola Indonesia menyusul tragedi Kanjuruhan yang merenggut ratusan korban jiwa.
FIFA memutuskan untuk memberi pendampingan kepada Indonesia. Tak sekadar mendorong lewat pernyataan, FIFA akan turun langsung berkolaborasi dengan pemerintah dan AFC dalam upaya membenahi permasalahan sepakbola Indonesia. Bahkan, Presiden FIFA berencana datang dan selanjutnya beberapa utusan FIFA akan berkantor di Indonesia.
Sebenarnya tidak terlalu mengejutkan bahwa FIFA tak menghukum sepakbola Indonesia. Selain berkaca pada tragedi-tragedi serupa yang tak serta merta disusul dengan sanksi berat, FIFA punya kepentingan besar terhadap Indonesia.
Salah satunya terkait status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 pada 2023. Akan sangat memusingkan sekaligus merugikan jika harus memindahkan gelaran tersebut ke negara lain. Kerugian besar akan ditanggung FIFA seandainya memulai persiapan dari awal. Termasuk potensi kehilangan sejumlah sponsor akibat perubahan jadwal dan pergantian tuan rumah Piala Dunia.
Maka bukan sanksi yang diputuskan oleh FIFA. Melainkan transformasi. Sepakbola Indonesia dituntut untuk berubah. Kompetisi sepakbola di negeri ini diharuskan berbenah sesegera mungkin.
Pembenahan sepakbola Indonesia menurut FIFA perlu ditekankan pada sejumlah hal penting. Dimulai dengan membangun standar keamanan stadion-stadion dan prosedur pengamanan pertandingan yang sesuai standar internasional.
Mengatur jadwal pertandingan dengan memperhatikan potensi-potensi risiko yang ada. Dalam hal ini kick off pertandingan Liga Indonesia perlu dibatasi waktunya menjadi maksimal pukul 17.00.
Pengelolaan Sepakbola Indonesia juga perlu didampingi oleh para ahli. Komitmen bersama, termasuk dari klub dan suporter dibutuhkan agar sepakbola Indonesia bisa berjalan dengan baik.
Sejumlah masukan dan arahan  tersebut menunjukkan bahwa FIFA masih menaruh kepercayaan pada Indonesia untuk "memainkan sepakbola".
Pertanyaan menarik bagi kita hari ini adalah, siapa tokoh di balik keputusan FIFA yang tidak menghukum sepakbola Indonesia?