Mahasiswa dan kopi ditakdirkan sebagai sepasang kawan. Keduanya bisa saling pengertian. Saat biaya kuliah kian jadi persoalan, berkompromi dengan kopi mungkin bisa mengurangi beban.
Pagi belum menginjak pukul delapan tepat. Namun, kedai kopi di utara kampus Kehutanan UGM telah melayani tiga anak muda. Mereka menempati kursi dan meja kecil di depan kedai. Bersinggungan langsung dengan trotoar, menghadap jalanan yang mulai ramai.
Pemandangan tersebut sudah sangat lazim. Bukan hanya tentang kebiasaan meminum kopi bagi kalangan muda-mudi. Tapi juga tentang menjamurnya kedai kopi di sekitaran kampus.
Hanya beberapa langkah dari kedai kopi tersebut, masuk sedikit ke dalam gang terdapat  kedai kopi lainnya. Ukurannya sama-sama mungil, tapi ruangannya cukup untuk melayani 4-6 penikmat kopis. Kalau bagian luarnya tak sedang digunakan untuk parkir sepeda motor, tentu mampu memuat beberapa orang lagi.
Masih di gang yang sama, mengarah ke tengah pemukiman yang sebagian besar merupakan rumah kos mahasiswa, ditemukan sebuah kedai kopi lagi. Tampilannya lebih estetik karena mengambil teras rumah sebagai tempat menyeduh kopi.
Berjalan lagi ke utara lalu mengarah ke barat, Jalan Kaliurang akan dijumpai. Di sana sederet tempat ngopi mulai dari brand lokal, nasional, hingga internasional bisa didatangi. Dari yang berupa outlet kecil khusus take away, kelas cafe, hingga coffee shop yang menyatu dengan restoran dan hotel.
Dulu saya heran mengapa tempat-tempat ngopi tersebut memilih berjejalan di kawasan yang bukan sentra perkantoran dan wisata ini. Kawasan  padat yang jalanannya lebih didominasi mahasiswa yang hilir mudik dari kampus ke rumah kos dan dari kampus ke tempat fotokopi. Siapa yang mau beli kopi?
Namun, akhirnya jelas sudah. Kopi ternyata ditakdirkan sebagai kawan dekat mahasiswa. Seiring tren kopi yang semakin digandrungi masyarakat, aroma kopi pun kian pekat melingkupi kehidupan mahasiswa. Kopi telah menembus sanubari mahasiswa. Membentuk rupa pergaulan khas hingga mengubah identitas serta atribut kemahasiswaan.
Salah satu contohnya, "nugas" saat ini bukan lagi berkumpul di rumah kos teman untuk mengerjakan tugas atau duduk di selasar kampus untuk merampungkan materi presentasi. Istilah "nugas" telah berubah artinya menjadi duduk di coffee shop sambil menghadap laptop. Atau berdiam di coworking space ditemani satu cup kopi.
Pembubaran panitia kegiatan kampus pun tidak cukup lagi diadakan di sekretariat UKM atau BEM. Melainkan di cafe kekinian di sekitar kampus. Pelatihan menulis proposal dan jurnal ilmiah pun dilakukan di depan meja barista.