Kepada saya Wily sempat meminta saran oleh-oleh yang perlu dibawanya dan rekomendasi tempat membelinya. Saya menyebutkan salah satu kios di Pasar Beringharjo sayap selatan tempat saya biasa membeli Yangko. Sementara Bakpia saya menyarankannya untuk datang langsung ke dapur salah satu merek bakpia terkenal di dekat Malioboro jelang hari keberangkatan.
Kini, Wily tinggal menghitung hari untuk pulang. Ia memutuskan terbang dari Surabaya. Dari sana ia akan mudik bersama temannya yang sama-sama berasal dari Kupang. Tiket kereta dari Yogyakarta ke Surabaya pun sudah dikantonginya. Semua benar-benar ia siapkan sebaik mungkin demi perjalanan pulang yang sudah lama dinantikan.
Kebahagiaan Wily tentu juga dirasakan oleh kita semua yang hendak mudik lagi tahun ini. Meski kadar rindu setiap orang berbeda dan tak bisa diukur dengan standar yang sama, tapi hiruk pikuk mudik menimbulkan keriaan dan keriuhan serupa.
Saya yang meski kampung halamannya tak sejauh kampung halaman Wily juga merasakan bagaimana tegangnya berburu tiket kereta api. Sebab selain harganya pasti melonjak, juga jadi rebutan banyak orang. Tidak jarang beberapa orang terpaksa menunda mudiknya gara-gara tiket untuk hari keberangkatan yang diincar telah habis.
Apalagi semenjak pemesanan tiket dipermudah melalui berbagai kanal digital. Muncul fenomena begadang dan berburu tiket yang dilakukan serentak oleh para calon pemudik. Dulu sebelum pandemi Covid-19, media sosial sering ramai oleh keluhan netizen yang kehabisan tiket kereta api. Halaman yang sulit diakses hingga server yang tumbang juga jadi berita.
Saya beruntung karena tiket kereta api ke kampung halaman relatif lebih tersedia. Sebab banyak kereta dari berbagai jurusan yang melaluinya. Kehabisan tiket kereta A, saya bisa menumpang kereta B, C, atau D. Jika tak bisa naik kereta, mudik dengan bus juga tak masalah.
Walau demikian tetap perlu untuk memesan tiket mudik jauh-jauh hari. Selain untuk mendapatkan harga lebih murah, nomor tempat duduk pun bisa dipilih lebih leluasa. Membandingkan harga tiket antar aplikasi pemesanan juga perlu dicoba. Sebab selama musim mudk lebaran, sejumlah aplikasi biasanya memberikan diskon atau cashback yang nilainya lumayan.
Dengan mendapatkan tiket lebih awal, konsentrasi bisa segera dialihkan untuk menyiapkan keperluan lain. Membeli oleh-oleh, misalnya.
Dulu saya sering mudik dengan kedua tangan membawa barang bawaan dan oleh-oleh. Sebab tak lengkap rasanya jika pulang dari rantau, tapi tak menenteng bakpia, yangko, dan sebagainya. Meski orang tua tak memesannya khusus dan saudara juga jarang meminta banyak oleh-oleh, tapi buah tangan agaknya tak boleh ditinggalkan. Risikonya tentu menambah anggaran.
Maka seiring waktu saya memilih membeli oleh-oleh secukupnya. Lalu semenjak pandemi dan tidak bisa mudik, oleh-oleh tetap saya kirimkan ke kampung halaman lewat jasa ekspedisi. Ternyata cara demikian lebih praktis.
Oleh-oleh yang dikirimkan terlebih dahulu secara terpisah bisa mengurangi barang bawaan saat mudik. Asalkan dikemas dengan rapi dan aman, serta memilih ekspedisi yang tepat, oleh-oleh bisa sampai dengan selamat. Namun, penting untuk mengetahui jadwal operasional kurir ekspedisi selama masa lebaran. Agar paket bisa tiba tepat waktu.