Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Toilet Gratis Tidak Sesuai dengan Budaya Indonesia?

24 November 2021   18:43 Diperbarui: 24 November 2021   18:46 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toilet gratis (dok.pribadi).

Agaknya dalam urusan toilet di SPBU masyarakat lebih menaruh perhatian pada aspek kelayakan dan kebersihannya. Itulah yang membuat banyak orang tidak keberatan untuk memberi sedikit uang setelah menggunakan toilet di SPBU selama ini.

Lagipula untuk urusan memberi, orang Indonesia sebenarnya jarang merasa dirugikan. Sebab budaya masyarakat Indonesia pada dasarnya merupakan budaya memberi.

Coba tengok hasil World Giving Index 2021 yang baru diumumkan belum lama ini. Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia karena masyarakatnya memiliki tingkat kesukarelaan yang tinggi untuk menolong dan memberi. Indonesia memiliki catatan mengagumkan dalam hal berdonasi, yakni 8 dari 10 orang Indonesia bersedia memberikan uangnya, baik untuk zakat yang wajib maupun sumbangan lain yang sifatnya sukarela.

Masyarakat Indonesia mungkin tidak terlalu peduli dengan predikat di atas. Tidak pula membutuhkan pengakuan dunia. Sebab memberi sudah menjadi karakter alami orang Indonesia. Bahkan, sering orang Indonesia menganggap pemberian mereka sebagai sesuatu yang tidak ada artinya. Ungkapan merendah semisal: "hanya ini yang bisa kami birakan", "jangan lihat jumlahnya", dan sebagainya membuktikan bahwa orang Indonesia sebenarnya tidak suka mempersoalkan perihal pemberian.

Tak perlu diminta, asalkan melihat ada kotak amal maka orang Indonesia akan merogoh saku bajunya. Tak perlu tahu masalahnya, asalkan melihat ada orang yang sedang nelangsa di sekitarnya, orang Indonesia akan mudah tergerak hatinya.

Kentalnya budaya dan karakter memberi itulah yang membuat jasa parkir, jasa toilet, jasa pak ogah, dan jasa-jasa lainnya tak pernah bisa benar-benar hilang dari Indonesia. Meski kadang dibuat kesal dengan tarif parkir di minimarket dan tarif toilet di SPBU, orang Indonesia tidak bisa benar-benar menolaknya.

Mau bagaimana lagi. Sudah karakter orang Indonesia untuk mudah memberi. Oleh karena itu, toilet gratis di SPBU malah bisa membuat orang Indonesia kesulitan menemukan ladang untuk memberi.

Sekian lama terbiasa memasukkan uang ke kotak di depan toilet SPBU, sekarang orang Indonesia akan canggung jika keluar dari toilet SPBU. Sudah mengeluarkan dompet, tapi tidak menemukan kotaknya. Seperti halnya sudah siap untuk memberi uang parkir di minimarket dan tengok kanan kiri mencari juru parkirnya, ternyata tidak ada yang menghampiri. Seperti ada yang kurang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun