Menggunakan masker medis sudah menjadi kebiasaan dan kebutuhan saya dalam aktivitas sehari-hari jauh sebelum pandemi Covid-19. Lalu ketika Corona menyerang dan berkembang menjadi pandemi, kebutuhan untuk menggunakannya saya sadari sebagai sebuah keniscayaan.
Pada akhirnya saya terinfeksi Covid-19 pada akhir Juli 2021 lalu. Masker medis pun menjadi benda yang nyaris terus melekat di wajah saya sepanjang hari.
Selama 15 hari menjalani isolasi mandiri, tak kurang 100 lembar masker medis saya habiskan. Mungkin terbilang lebay untuk seorang yang mengalami gejala ringan. Namun, begitulah adanya. Dua kotak masker saya butuhkan selama isoman.
Bagi saya memperketat penggunaan masker tidak sekedar tentang durasi atau berapa lama masker menempel di wajah. Aspek lain seperti pemilihan jenis masker dan penanganan masker bekas pakai juga penting.
Berikut ini cara penggunaan masker yang saya terapkan selama isolasi mandiri.
Pertama, menggunakan masker medis yang nyaman. Penting untuk menggunakan masker medis yang berstandar dan telah terdaftar izin edarnya. Namun, hal lain yang juga penting ialah kenyamanan masker saat digunakan.
Ketika memulai isolasi mandiri saya sempat mencoba masker jenis KF94 dengan 4 lapisan. Namun, saat itu saya merasa tidak nyaman menggunakannya. Selain lebih kaku, masker KF94 juga membuat saya menjadi lebih sering menyentuh wajah untuk membenahi posisi masker agar selalu pas dengan garis muka. Kadang saya pun merasa perlu untuk menggaruk pipi atau hidung yang mudah gatal saat menggunakannya.
Oleh karena kurang nyaman dan membuat saya sering menyentuh bagian muka itulah akhirnya saya putuskan untuk kembali menggunakan masker medis 3 lapis seperti biasa.
Kebetulan saya mempunyai stok masker medis dari beberapa merek yang sudah saya tahu kualitasnya dan terbukti nyaman digunakan. Setiap menggunakannya, saya hanya mengambil 1 lembar masker dan tidak merangkapnya dengan masker medis lainnya.
Kedua, melepas masker hanya saat makan dan mandi. Saya hampir tidak melepas masker ketika menjalani isolasi mandiri. Walau sedang di kamar sendirian membaca buku, saya tetap menggunakan masker. Saat sedang menonton TV seorang diri pun demikian. Sama halnya ketika harus mengangkat telepon saya juga tetap bermasker. Hanya saat makan, minum, dan mandi saya melepas masker.
Selain membatasi penyebaran virus melalui droplet, menggunakan masker sepanjang ternyata membuat saluran nafas saya menjadi lebih nyaman saat isolasi mandiri. Rongga hidung dan tenggorokan terasa hangat. Selain itu ketika tiba-tiba batuk atau bersin saya pun tak repot lagi untuk buru-buru mengambil masker karena benda itu sudah terpasang sebagaimana mestinya.