Penularan Covid-19 yang semakin luas dan cepat seiring munculnya berbagai varian baru virus Corona telah mendorong pembaruan protokol kesehatan. Konsekuensinya setiap orang dituntut untuk terus menyesuaikan diri dan mengaplikasikan sejumlah aturan atau anjuran baru demi perlindungan yang lebih maksimal.
Salah satunya ialah tentang penggunaan masker. Sekarang setiap orang diharapkan menggunakan masker ganda atau masker rangkap 2. Masker medis di sisi dalam, lalu dilapisi masker kain di sisi luar terbukti meningkatkan kerapatan dan daya saring terhadap partikel airborne sehingga risiko penularan Covid-19 bisa ditekan lebih rendah.
Bagi saya itu tidak terlalu merepotkan. Sebab pada dasarnya sebelum pandemi Covid-19 mewabah, setiap hari saya sudah menggunakan masker medis saat beraktivitas.
Walau demikian tidak dimungkiri bahwa menggunakan masker medis yang dilapisi dengan masker kain kadang menimbulkan rasa sesak, pengap, dan menjadi sulit bernafas setelah beberapa jam. Solusinya ialah memilih jenis masker kain yang tidak terlalu tebal dan erat agar tetap nyaman.
Memperhatikan situasi dan tempat juga penting. Saat berinteraksi dengan orang lain, berdiskusi, atau ngobrol apa saja, saya usahakan untuk tetap menggunakan masker ganda.
Memang ada dampaknya. Kadang volume suara yang keluar menjadi lebih pelan sehingga tidak menutup kemungkinan kata-kata yang terucap tidak tertangkap jelas oleh lawan bicara. Apalagi nada suara bicara saya pada dasarnya tidak terlalu keras. Â Maka menggunakan masker ganda membuat saya perlu membiasakan ulang untuk mengukur lemah kerasnya suara.
Sebuah peristiwa yang terjadi pada akhir pekan lalu jadi contoh yang unik. Saat itu saya hendak mengirimkan paket masker, vitamin, dan hand sanitizer untuk keluarga. Pergi ke sebuah kantor ekspedisi, saya menggunakan masker ganda.
Kepada seorang pegawai wanita yang melayani penerimaan paket saya sodorkan sebuah kardus. Pertanyaan pertama darinya, "isinya apa, mas?", saya jawab apa adanya. Tampaknya ia bisa mendengar dengan jelas kata "masker" yang saya saya ucapkan.
Usai menimbang bobot kardus, sang pegawai menyebutkan biaya kirim yang perlu saya bayar. Di sinilah mulai terjadi hal yang menarik.
Melihat ada barcode pembayaran nontunai terpajang di atas meja pelayanan, saya memutuskan untuk memanfaatkannya. Tertera di barcode itu logo dan tulisan "Shopee Pay" disertai logo QRIS dari Bank Indonesia.
Saya tidak memiliki saldo Shopee Pay. Tapi punya cukup saldo Gopay. Segera saya menanyakan kepada sang pegawai. "Ini bisa pakai Gopay, mba?". Ia tidak menjawab dan hanya mengangguk.