Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Supersemar, Kudeta Paling Canggih dan Keji oleh Soeharto terhadap Bangsa Indonesia

11 Maret 2021   08:31 Diperbarui: 11 Maret 2021   10:36 4863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Runtuhnya orde baru pada 1998 telah membuka gerbang penelusuran sejarah Indonesia secara lebih terang. Pengungkapan fakta sejarah yang selama puluhan tahun ditutupi dan dimanipulasi oleh Soeharto gencar dilakukan. Para sejarawan, peneliti, saksi sejarah , hingga media bekerja keras meluruskan narasi sejarah yang sebelumnya dikuasai dan dikendalikan oleh rezim orde baru yang otoriter.

Salah satu peristiwa penting yang terungkap secara lebih terang ialah Surat Perintah Sebelas Maret 1966 atau "Supersemar".

Walau beberapa hal tentang Supersemar masih menjadi misteri, fakta-fakta Supersemar kini terangkai dalam narasi yang lebih mendekati sebenarnya dibanding narasi versi orde baru.

Malam 11 Maret

Memanfaatkan kecerdikannya sebagai ahli strategi militer, Soeharto merancang kudeta paling canggih dan keji. Ia diyakini mulai menjalankan strategi kudeta lewat peristiwa G30S-PKI.

Penelusuran sejarah pasca orde baru mencium jejak rekayasa Soeharto atas peristiwa pembantaian para jenderal sebagai bagian dari taktik Soeharto untuk menyingkirkan para pesaingnya lebih dulu. Bersamaan dengan itu Soeharto mulai menguasai angkatan darat dan mempengaruhi sejumlah pemimpin tentara untuk mendukungnya.

Beberapa bulan kemudian Soeharto melangkah ke babak yang paling menentukan, yakni merebut kekuasaan Soekarno.

Mula-mula Soeharto melakukannya dengan memanfaatkan tangan orang lain. Ia secara cerdik mempengaruhi dua pengusaha yang merupakan kawan dekat Soekarno.

Dua orang tersebut diutus oleh Soeharto untuk menemui Soekarno dan menganjurkan sang presiden untuk mau menyerahkan kekuasaan pada Soeharto. Soekarno menolak dan marah. Ia menganggap dua kawan dekatnya telah berpihak pada Soeharto.

Gagal memanfaatkan dua kawan dekat Soekarno, Soeharto mengutus tiga petinggi AD pengikut setianya. Mereka ialah Masyjen Basuki Rachmat, Brigjen Jusuf, dan Brigjen Amirmachmud. Ketiganya dalam sejarah dikenal sebagai "kurir Supersemar".

Tiga kurir tersebut menemui Soekarno pada 11 Maret 1966 di Istana Bogor. Soekarno juga ditemani tiga pengikutnya, yakni Soebandrio, Chairul Saleh, dan Leimena.

Terdapat dua versi lahirnya Supersemar pada pertemuan tersebut. Versi pertama menyebutkan draft Supersemar telah disiapkan oleh Soeharto dan dibawa oleh tiga kurirnya untuk ditandatangani oleh Soekarno di Istana Bogor.

Namun, versi kedua lebih bisa diterima. Soekarno yang dalam kondisi tertekan membuat konsep suratnya sendiri dengan disaksikan oleh tiga kurir Soeharto.

Tiga pengikut Soekarno sempat merevisi isinya. Tujuannya agar Soekarno tidak membuat kesalahan yang merugikan dirinya. Langkah tiga pengikut Soekarno itu tidak disukai oleh kurir Soeharto hingga terjadi beberapa kali revisi.

Ketika konsep surat perintah berhasil disepakati, Soekarno sempat meminta pertimbangan Soebandrio, Chairul Saleh, dan Leimena. Tiga orang tersebut memperingatkan Soekarno agar berhati-hati dan jangan sampai terperangkap. Soekarno juga disarankan agar memberikan perintah lisan saja kepada Soeharto tanpa harus melalui surat perintah tertulis.

Namun, Surat Perintah 11 Maret akhirnya ditandatangani oleh Soekarno. Selanjutnya malam itu Supersemar langsung dibawa ke Jakarta oleh Basuki Rachmat, Jusuf, dan Amirmachmud untuk diserahkan kepada Soeharto.

Tanpa disadari oleh Soekarno, malam itu kekuasaannya mulai diambil alih oleh Soeharto.

Soeharto Melumpuhkan Soekarno

Hanya sehari setelah mendapat Supersemar, Soeharto langsung bertindak radikal. Pada 12 Maret 1966 ia membubarkan PKI dan penangkapan orang-orang yang dituduh terlibat PKI dimulai kembali.

Soekarno terkejut mengetahui langkah Soeharto yang menjadikan Supersemar sebagai landasan pengambilan keputusan yang mestinya dilakukan oleh presiden. Sebab  Seokarno memberikan Supersemar hanya sebagai perintah kepada Soeharto untuk mengamankan ibukota dan melindungi Soekarno beserta keluarganya. Kenyataannya Soeharto bertindak jauh di luar wewenang teknis militer yang menjadi wilayahnya.

Sadar bahwa Soeharto akan bertindak lebih nekat, Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 13 Maret yang isinya memerintahkan agar Soeharto kembali pada tugasnya pada urusan teknis. Soeharto juga diminta menghadap Soekarno untuk mempertanggungjawabkan tindakannya. Di luar dugaan, Soeharto tak mematuhi Surat Perintah 13 Maret tersebut.

Sebaliknya dengan Supersemar di tangannya, Soeharto terus mengambil tindakan yang lebih luas. Soeharto berdalih ia telah mendapat kekuasaan untuk melakukan segala tindakan guna mengendalikan keadaan.

Pada kenyataannya, tindakanya lebih dari sekadar mengendalikan keadaan. Soeharto mulai melawan Soekarno. Meski saat itu Soekarno masih menjadi presiden, tapi satu demi satu kekuasaanya sedang dipreteli dan diambil alih oleh Soeharto.

Soekarno menyampaikan penegasan bahwa Supersemar yang ia berikan kepada Seoharto bukanlah transfer kekuasaaan. Namun, itu tak banyak berarti karena kudeta oleh Seoharto sudah merangkak semakin jauh. Soekarno pun mulai lumpuh kekuasaan dan kekuatannya.

Pada 18 Maret 1966 Soeharto menangkap 15 menteri pengikut Seokarno dengan tuduhan amoral dan terlibat PKI. Puncaknya, Soeharto berkomplot dengan MPRS sehingga pidato pertanggungjawaban Soekarno ditolak dalam Sidang Umum MPRS. Seiring dengan hal itu MPRS menerbitkan ketetapan untuk Supersemar.

Saat itulah Soekarno secara tragis telah dilengserkan. Kudeta oleh Soeharto mencapai tujuan dan sasarannya.

Tak puas hanya mengkudeta kekuasaan dari Seokarno, Soeharto yang dilantik sebagai presiden pada 12 Maret 1967 segera melakukan desakralisasi dan stigmatisasi Soekarno. Lewat orde baru yang dipimpinnya, Soeharto mengkudeta banyak bagian dalam sejarah bangsa di mana ia mengendalikan, memanipulasi, dan merekayasa narasi-narasi sejarah, bangsa, khususnya terkait Soekarno, PKI, dan Supersemar.

Melacak Supersemar Asli

Keberadaan naskah Supersemar yang asli masih belum diketahui hingga saat ini. Arsip Negara Republik Indonesia (ANRI) memiliki tiga versi Supersemar. Masing-masing didapat dari Pusat Penerangan TNI, Sekretariat Negara, dan Akademi Kebangsaan.

Sempat ada keyakinan bahwa satu di antaranya merupakan Supersemar yang asli. Akan tetapi hasil uji forensik di laboratorium Polri menyimpulkan bahwa ketiganya tidak otentik alias palsu.

Selain palsu, ketiga versi Supersemar juga memiliki perbedaan satu sama lain. Ada yang satu lembar dan dua lembar. Logo garuda dan kop surat tidak seragam. Begitupula nama "Soekarno" yang pada salah satu versi ditulis "Sukarno". Tanda tangan Soekarno dalam naskah juga dipalsukan.

ANRI telah berulang kali menelusuri keberadaan Supersemar yang asli. Termasuk dengan berusahan mendatangi Soeharto. Akan tetapi sampai penguasa orde baru tersebut meninggal, ANRI gagal mendapatkan petunjuk.

Pencarian kemudian dialihkan kepada orang-orang terdekat Soeharto. Salah satunya M. Jusuf, salah satu kurir Supersemar yang mengaku menyimpan salinan naskah aslinya. Upaya ini tidak berhasil karena M. Jusuf tidak pernah menunjukkan salinan yang dimaksud sampai akhirnya ia meninggal dunia.

Misteri keberadaan Supersemar yang asli mengindikasikan bahwa kudeta memang dirancang dengan sangat cermat dan rapi oleh Soeharto. Adanya tiga versi naskah Supersemar merupakan taktik yang disengaja oleh Soeharto untuk menutupi kebenaran soal isi dan bagaimana ia mendapatkannya untuk mengkudeta Soekarno. Sementara naskah aslinya diyakini banyak pihak disimpan sendiri oleh Soeharto.

Soeharto Mengkudeta Sejarah Bangsa

Walau naskah aslinya tak terlacak jejaknya, dari penulusuran sejarah dan pengakuan saksi-saksi, serta mencermati isi dari tiga versi yang ada, diketahui bahwa Supersemar mengandung subtansi bahwa Soekarno hanya memberikan tugas kepada Soeharto untuk mengamankan jalannya pemerintahan dan melindungi Soekarno beserta keluarganya.

Tugas atau perintah itu tidak sepenuhnya dipatuhi oleh Soeharto. Menurut Soeharto, Supersemar adalah pengalihan kekuasaan yang diberikan Soekarno kepadanya. Soeharto menggunakan Supersemar untuk mengkudeta Soekarno dan bahkan menghabisi pengaruh sang proklamator.

Soeharto (dok. pri).
Soeharto (dok. pri).
Supersemar akhirnya menjadi semacam surat sakti yang dengannya Soeharto memulai orde baru. Semenjak itu Soeharto pun mengkudeta babak-babak penting dari sejarah bangsa Indonesia lalu menggantinya dengan tumpukan kepalsuan.

Bukanlah suatu rahasia bahwa selama tiga dasawarsa berkuasa  Soeharto menjadikan peringatan Supersemar setiap tanggal 11 Maret sebagai salah satu alat untuk melegitimasi kekuasaannya. Rakyat Indonesia diarahkan pemahamannya untuk menerima menerima bahwa Supersemar merupakan jejak kepahlawanan. Dengan demikian rakyat juga dimanipulasi untuk memuja Soeharto sebagai penyelamat yang menerima pelimpahan kekuasaan dari Soekarno.

Ironisnya, hingga detik ini masih banyak orang yang tetap menganggap Soeharto sebagai panyelamat bangsa. Tanda bahwa bukan sekadar kekuasaan yang dikudeta oleh Soeharto, tapi juga pemahaman rakyat Indonesia berhasil ia kendalikan selama puluhan tahun.

Oleh karena itu, kini sangat penting untuk memahami Supersemar secara lebih jelas dan benar. Peringatannya perlu menjadi tonggak untuk mengkaji salah satu peristiwa kelam dan tragis dalam sejarah bangsa Indonesia.

Supersemar merupakan saksi bisu atas kudeta yang dilakukan Soeharto terhadap Soekarno dan bangsa Indonesia sekaligus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun