Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

6 Tahun, Kompasiana Sudah Jadi Apa?

27 Februari 2015   22:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:24 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seminggu yang lalu seorang mahasiswi dari sebuah kampus ternama di Jakarta menghubungi saya untuk keperluan penyusunan tugas akhirnya. Melaluiemailia menjelaskan hendak melakukan kajian tentang KOMPASIANA dan KOMPASIANATV.

Sebelum menyusun kuisioner dan batasan penelitian ia meminta pandangan umum saya. Tanya-jawab pun berlangsung via email. Beberapa poin pandangan saya tentang Kompasiana, KompasianaTV dan antusiasme jurnalisme warga di Kompasiana saya sampaikan dalam sudut pandang secara pribadi sebagai Kompasianer.

Sang mahasiswi juga meminta rekomendasi beberapa nama Kompasianer sebagai calon narasumber dan pengisi kuisioner nantinya. Saya lalu menominasikan beberapa nama yang saya kira bisa memberikan wawasan yang relevan kepada sang mahasiswi dalam melaksanakan penelitiannya itu.

Apa yang hendak dilakukan sang mahasiswi dengan“sekali lagi” mengupas Kompasiana mengingatkan saya pada sejumlah penelitian lainnya tentang blog sosial ini. Saya sebut “sekali lagi” karena sebelumnya sudah ada sejumlah penelitian akademik, baik tingkat sarjana, master, maupun doktoral yang menyinggung Kompasiana. Coba saja googlingatau berselancar ke direktori e-librarysejumlah perguruan tinggi dengan kata kunci Kompasiana. Terakhir yang saya baca ringkasannya adalah penelitian mahasiswa S-3 UGM yang menyelesaikan studi doktoralnya dengan mengangkat Kompasiana ke dalam disertasinya.

Kompasiana, blog sosial yang semakin berkibar seiring bergairahnya jurnalisme warga.

Satu yang saya simpulkan setelah mengetahui sejumlah penelitian akademik tentang Kompasiana termasuk apa yang akan dilakukan oleh sang mahasiswi tersebut adalah “Fenomena”. Bukan sebatas Kompasiana sebagai fenomena blog sosial, tapi lebih dari itu Kompasiana adalah intisari dari fenomena suara warga biasa yang kian bermakna di Indonesia.

Ada Twitter, Facebook, blog dan media alternatif lainnya untuk bersuara, berpendapat dan menyampaikan kabar. Namun Kompasiana memiliki makna tersendiri yang menarik. Jika tidak bagaimana mungkin orang-orang itu bisa memiliki ide untuk mengangkat Kompasiana ke dalam karya ilmiah skripsi, thesis, dan disertasi.

Selama ini Kompasiana telah menjadi ruang berwacana yang ramai dengan beragam ide dan pendapat meski dalam hal tertentu ruang itu belum sepenuhnya menjadi ruang diskusi yang menghasilkan solusi. Namun setidaknya ada citra positif yang saya rasakan melihat Kompasiana, yaitu orang Indonesia ternyata tidak hanya suka berkomentar tapi juga gemar menulis.

Bagi saya menulis adalah pencapaian setingkat lebih baik dibanding sekadar berkomentar, apalagi mengeluh dan mengkritik di Twitter dan Facebook. Kompasiana adalah etalase bahwa orang Indonesia ternyata gemar menulis jika difasilitasi.

Dengan cara menulis, Kompasiana juga telah menjadi medium pencitraan yang menarik minat banyak orang. Bagi saya semua orang yang menulis di Kompasiana memiliki kepentingan untuk mencitrakan dirinya sebagai apa pun yang ia harapkan. Sama halnya dengan semua orang yang membuat akun Facebook, Twitter atau jejaring sosial lainnya yang menghendaki dirinya dikenal dengan image tertentu. Dengan kata lain semua orang yang terjun ke dalam media sosial, apa pun bentuknya, salah satu harapannya adalah memperoleh citra diri. Kompasiana semakin mencuri perhatian karena menawarkan cara pencitraan yang lebih elegan, yakni dengan menulis.

Pencitraan adalah sesuatu yang sah dan tidak dilarang. Dari sudut lainnya Kompasiana telah menjadi sarana pencitraan 3 dimensi yang efektif. Sampai detik ini Kompasiana berhasil memperkuat nilai dirinya dan secara bersamaan menjadi medium pemasaran dan pencitraan bagi para Kompasianer dan pihak ketiga yang menggandeng Kompasiana sebagai “public relation”. Banyaknya pihak swasta baik perusahaan, yayasan, juga lembaga pemerintah yang menggandeng Kompasiana adalah bukti bahwa Kompasiana merupakan medium pencitraan dan sosialisasi yang menarik. Kompasiana berhasil mengapitalisasi potensi yang dimilikinya termasuk potensi Kompasianer. Kapitalisasi untuk melipatgandakan efek yang menguntungkan dan bermanfaat tidak selalu sesuatu yang salah.

Hadirnya KompasianaTV adalah bukti terkini bahwa potensi Kompasiana yang dibentuk oleh potensi para Kompasianer adalah sesuatu yang sangat bernilai. Secara kasat mata saja hadirnya KompasianaTV di jam prime time menyiratkan betapa bermaknanya Kompasiana saat ini.

Meski berformat dialog, secara tersirat KompasianaTV menunjukkan bahwa Kompasiana tak canggung lagi mengusung lebih tinggi bendera jurnalisme warga. Selama ini Kompasiana nyaman sebagai blog sosial yang membuka ruang bagi masyarakat untuk berbagi kabar peristiwa di sekitar mereka. KompasianaTV adalah bahasa Kompasiana yang semakin terbuka dan percaya diri dengan label jurnalisme warga meski Kompasiana bukanlah situs khusus jurnalisme warga.

KompasianaTV menegaskan kembali bahwa peran masyarakat dalam hal ini jurnalis warga semakin penting sebagai saluran alternatif informasi bagi masyarakat luas. Hal ini berdampak positif bagi kepenulisan di Kompasiana karena Kompasiana TV dapat mendorong Kompasianer untuk menyajikan tulisan yang semakin baik dan bermanfaat. Akan tetapi menjawab salah satu pertanyaan sang mahasiswi, saya menganggap komunitas jurnalisme warga di Kompasiana belumlah diperlukan dan bukan sesuatu yang harus diadakan di Kompasiana.

Hadirnya Kompasiana TV adalah sebuah terobosan namun bukan sesuatu yang istimewa karena antusiasme Kompasianer untuk turut serta dalam Kompasiana TV pada dasarnya merupakan efek lanjutan dari gairah yang sudah terjadi sebelumnya di Kompasiana.

Selanjutnya ada hal yang juga patut disyukuri dari Kompasiana saat ini adalahmasyarakat sudah semakin sadar bahwa mereka bisa berbuat sesuatu yang berarti dengan cara menulis. Tulisan mereka bisa berdampak baik atau membawa perubahan positif setidaknya untuk lingkungan terdekat. Oleh karena itu ketika warga biasa telah merasakan bahwa tulisan mereka bisa “didengar”, maka mereka juga antusias ketika diberi ruang lebih untuk “dilihat” melalui media TV.

1425024912310812911
1425024912310812911
Kompasiana membuat suara warga semakin bermakna.

Lepas dari usia 5 tahun itu artinya Kompasiana bukan lagi balita.Perjalanan 6 tahun yang sudah terlewati saat ini semoga jadi tinggal landas bagi Kompasiana dan segenap “Warga Negara” Kompasiana untuk mendatangkan lebih banyak manfaat dan kebahagiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun