Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 gelombang pertama semakin dekat. Paling tidak menurut rencana pemerintah, yakni pekan kedua Januari 2021.
Seiring dengan itu sejumlah dosis vaksin telah didistribusikan dan tiba di beberapa provinsi. Melihat tayangannya di televisi, pengiriman vaksin sampai penyimpanannya di fasilitas daerah dijaga ketat oleh polisi bersenjata lengkap. Tanda bahwa vaksinasi Covid-19 merupakan agenda penting nasional.
Diawali oleh Presiden Joko Widodo sebagai orang pertama yang akan disuntik vaksin, dosis-dosis pertama tersebut selanjutnya diperuntukkan bagi tenaga kesehatan serta tenaga penunjang pada fasilitas kesehatan. Sedangkan masyarakat umum perlu bersabar menunggu giliran untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
Walau demikian, perhatian dan rasa ingin tahu masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19 sudah lumayan besar. Selain riuh di media sosial, juga mengemuka dalam perbincangan di tengah masyarakat.
Sayangnya sejumlah hal tentang vaksin masih dipahami secara keliru oleh sebagian orang. Bahkan, ada beberapa informasi menyesatkan yang berkembang di tengah masyarakat. Ada pula pemberitaan seputar vaksin dan vaksinasi COvid-19 di media yang kurang akurat.
Maka dari itu, di tengah rasa ingin tahu yang besar masyarakat harus didorong untuk memahami vaksin dan vaksinasi Covid-19 secara benar. Berikut ini sejumlah hal penting yang kerap keliru dipahami oleh masyarakat atau dibelokkan kebenarannya oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Apakah Vaksin Covid-19 Berbahaya?
Pertanyaan ini wajar karena tidak semua orang memahami platform yang digunakan untuk merancang atau membuat vaksin.
Dari sejumlah vaksin Covid-19 yang ada saat ini, secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga. Yakni vaksin yang dirancang dengan platform virus inaktif (dilemahkan), viral vector (virus yang dimodifikasi secara genetik), dan mRNA.
Platform virus inaktif merupakan teknik paling umum dan sudah diaplikasikan sejak lama untuk merancang aneka vaksin. Sinovac (CoronaVac) adalah contohnya.Â
Salah satu pertimbangan utama mengapa pemerintah mendahulukan Sinovac karena platformnya sesuai dengan teknologi dan fasilitas yang ada di Indonesia. Sedangkan AstraZeneca merupakan vaksin berbasis viral vector.