Presiden Jokowi harus segera menyadari bahwa meski vaksinasi Covid-19 perlu didukung, tapi mengumbar narasi bahwa vaksin bisa segera membuat pandemi sirna merupakan kekeliruan. Itu akan membuat pemerintah-pemerintah daerah semakin malas melakukan 3T.
Vaksinasi Covid-19 di Indonesia masih jauh dan tidak akan selesai dalam hitungan bulan. Paling cepat baru pada 2022 target vaksinasi bisa terpenuhi.
Bahkan, Kementerian Kesehatan memperkirakan Indonesia butuh waktu 3 tahun untuk mencapat target vaksinasi Covid-19. Artinya sepanjang tahun 2021 kita masih akan dan harus berjuang keras untuk bertahan dari cekaman Corona.
Kalau beberapa hari lalu harian Kompas menayangkan headline "Tahun 2020, Bersyukur Mampu Bertahan", maka pada 2021 pun kita sebenarnya masih mengharapkan yang sama. Yakni sekadar mampu bertahan.
Sekarang penting bagi Presiden Jokowi untuk menepati ucapannya pada pertengahan 2020 silam. Ketika itu ia mengatakan akan menjadikan aspek kesehatan menjadi prioritas penanganan pandemi.Â
Sebaiknya jangan terus menerus berpidato soal pemulihan ekonomi. Lebih baik membuat kebijakan yang berfokus pada pemutusan mata rantai penularan Covid-19, pembatasan sosial, dan memperkuat sistem pelayanan kesehatan yang terancam kolaps.
Jika tidak, penanganan pandemi di Indonesia pada 2021 tak akan banyak berubah, meskipun mengandalkan suntikan vaksin yang dianggap  cara instan. Padahal tak ada cara instan untuk mengatasi pandemi.
Maka dari itu masyarakat pantas resah karena pandemi mungkin akan berlarut-larut di negeri ini. Kita pun pantas marah jika hanya masyarakat yang selalu dipersalahkan.
Namun, sesuatu mengingatkan saya untuk tak berlama-lama menggerutu dan marah. Menggerutu dan marah memang diperkenankan. Akan tetapi ada yang lebih penting.
Maka pada Jumat, 1 Januari 2021, saya dan beberapa teman pun melangkah keluar. Meneruskan kegiatan yang sudah dilakukan sejak tahun 2020 lalu.
Lega rasanya menjumpai orang-orang yang tetap menggunakan masker. Kepada mereka kami titipkan pesan agar tetap menggunakan masker dan mencuci tangan.
Sambil menitipkan pula sebungkus makanan, beberapa lembar masker, dan sebotol hand sanitizer, terselip harapan kami agar mereka selalu sehat dan tak menyerah. Mungkin mereka tidak punya banyak pilihan. Akan tetapi kenyataannya mereka tak banyak menggerutu dan tak sempat marah pada keadaan. Itu jauh lebih baik.