Sebuah foto melintas begitu saja di linimasa instagram pada Senin (21/12/2020) sore. Foto dari sebuah kabar yang diunggah oleh kompas.com. Judulnya "Lesti Kejora Kalahkan Kendall Jenner hingga Lisa BLACKPINK".
Lima menit saya gunakan untuk membaca dan mencerna isinya. Disebutkan bahwa Top Beauty World telah memilih 100 pesohor wanita tercantik sejagat. Dalam daftar itu terdapat penyanyi dangdut papan atas Indonesia, Lesti Kejora.
Menariknya Lesti Kejora didudukan di peringkat kelima. Hebatnya lagi dengan nilai 9.148, Lesti mengungguli beberapa selebriti papan atas dunia. Nama-nama seperti Kendal Jenner, Irene Red Velvet, dan Lisa Blackpink ternyata tidak ada apa-apanya dibanding Lesti.
Saya masih punya 5 menit lagi untuk memeriksa google dan menemukan kabar serupa memenuhi hasil pencarian. Dikatakan lagi Lesti mendapat predikat bergengsi, yakni "Golden Face".
Dan saya juga punya 5 menit untuk menelusuri jagat media sosial, terutama twitter. Hasilnya kehebohan sedang melanda netizen dan segenap penggemar Lesti. Ada pro dan kontra. Suara terbelah antara yang menyambut dengan suka cita layaknya kemenangan dengan yang berpandangan penuh ragu dan seolah tak terima mengapa Lesti masuk ke dalam daftar Top Beauty World, bahkan mengungguli bidadari K-Pop.
Dalam waktu 15 menit itu saya segera mengambil kesimpulan: Ini berkah bagi Indonesia. Dengan 15 menit itu pula muncul harapan dan pengandaian agar pemerintah Indonesia membawa Lesti ke dalam tim penanganan pandemi Covid-19.
Abaikan saja pro dan kontra tentang terpilihanya Lesti sebagai wanita tercantik versi Top Beauty World. Realitanya Lesti memang telah jadi fenomena yang diakui secara luas di Indonesia.
Sebagai bintang televisi kecemerlangan Lesti tak terbantahkan. Tengok saja bagaimana Indosiar bisa dengan mudah meraup rating dan menduduki peringat atas TV nasional hanya dengan mengandalkan Lesti seorang.
Fenomena yang luar biasa karena satu orang ternyata sangat menentukan popularitas sebuah stasiun TV. Apapun program acaranya, asalkan ada Lesti maka itu jaminan diserbu pemirsa. Bahkan, ada anggapan Lesti yang merupakan jebolan ajang dangdut Indosiar kini sudah lebih besar dibanding televisinya. Dalam sepakbola ibarat Lionel Messi yang sudah melebihi Barcelona.
Hampir bisa dikatakan Lesti telah jadi milik masyarakat Indonesia. Percaya atau tidak, sekarang banyak orang yang dilanda "Lestiosis", yakni wabah kecanduan Lesti.
Pengidap "Lestiosis" hari-harinya tak lepas dari ritual menonton Lesti. Entah lewat media sosial, youtube atau TV. Mereka rela dan tahan begadang hingga larut malam demi mengawal penampilan Lesti.