Sedikit kehebohan terjadi siang itu. Sejumlah pembeli terlihat kaget dan kecewa lantaran gula pasir yang sudah masuk ke keranjang dan siap dibawa ke kasir harus dikembalikan.
Terjadi salah paham soal harga. Gula pasir bermerek seharga Rp12.500 per kg ternyata dikhususkan bagi pelanggan yang memegang kartu member Mirota Kampus. Sedangkan pembeli yang bukan member bisa membeli gula pasir tidak bermerek seharga Rp16.850 per kg.
Seorang petugas supermarket berusaha menjelaskan kesalahpahaman tersebut. Selanjutnya label yang lebih jelas ditempel di rak gula untuk membedakan "gula murah" bagi member dan gula yang bisa dibeli oleh pembeli umum.
Pembeli yang kecewa tidak sampai protes. Sebagian ada yang tetap membeli gula, tapi mengganti pilihan dengan gula yang tidak bermerek meski lebih mahal.
Begitulah harga gula pasir yang masih memuncak hingga hari ini. Padahal gula pasir merupakan kebutuhan pokok yang sulit dicari penggatinya. Pada bulan Ramadan kebutuhan gula pasir biasanya juga bertambah seiring keinginan membuat hidangan manis
Di Mirota Kampus Simanjuntak Yogyakarta sudah sejak akhir Februari kelangkaan gula mulai pasir terjadi. Namun, saat itu harganya masih normal pada kisaran harga eceran tertinggi (HET). Sementara pembelian dibatasi maksimal 2 kg per konsumen.
Kelangkaan berlangsung untuk waktu yang lumayan lama. Baru pada awal April gula pasir kembali tersedia di Mirota Kampus. Itu pun dalam kemasan tak bermerek yang diberi kode "MRT". Jumlahnya tidak banyak dan pembelian tetap dibatasi. Selain itu harganya telah melonjak lumayan tinggi.
Awal April saya membeli gula pasir seharga Rp17.600 per kg. Oleh karena itu, harga pada Selasa, 28 April 2020, yang sebesar Rp16.850 menunjukkan telah terjadi sedikit penurunan. Meski demikian secara umum harganya masih di atas HET yang ditetapkan pemerintah.
Minggu kedua April 2020 gula bermerek bisa dijumpai lagi di Mirota Kampus. Pelanggan setia diuntungkan karena dengan kartu member yang dimiliki mereka berhak membeli dengan harga Rp12.500 per kg. Namun, stok gula bermerek berharga murah khusus member ini tidak banyak.
Entah sampai kapan lonjakan harga dan kelangkaan gula pasir bisa teratasi sepenuhnya. Awal Maret pemerintah telah memulai impor gula guna menyokong stok dalam negeri yang terbatas. Akan tetapi proses impor terhambat oleh merebaknya wabah Covid-19. Sebagai alternatif sejumlah perusahaan mengalihkan stok gula rafinasi. Akan tetapi langkah ini terbatas mengingat pada saat yang sama gula rafinasi juga sangat dibutuhkan oleh industri makanan dan minuman.