Masih jelas teringat bagaimana publik dan media pernah diguncang oleh informasi bahwa sindikat mafia menggoda Bu Susi dengan nilai Rp5 triliun agar ia tak mengusik ilegal fishing atau mundur dari jabatan menteri. Namun, kita tahu wanita asal Pangandaran tersebut tak pernah takluk pada tawaran kotor semacam itu. Ia menjadi menteri yang paling ditakuti mafia.
Selama lima tahun, Bu Susi tidak hanya membawa sektor kelautan dan perikanan ke arah yang benar. Hal terpenting yang harus dicatat ialah Bu Susi telah menjaga laut dan melindungi kepentingan rakyat Indonesia layaknya seorang ibu melindungi masa depan anak-anaknya.Â
Oleh karena itu, terasa ironis bahwa Susi Pudjiastuti yang kegilaannya sesuai dengan slogan Jokowi, "Kerja Kerja Kerja", justru tersingkir dari kabinet Jokowi periode kedua. Patut disayangkan karena Susi yang merepresentasikan janji kampanye Jokowi dulu yang ingin mengajak ribut mafia, justru harus keluar dari arena.Â
Susi Pudjiastuti merupakan contoh baik bagaimana seorang menteri menduduki jabatan bukan hanya untuk memimpin sebuah lembaga, tapi yang utama adalah mengabdi dan mencurahkan segalanya bagi kepentingan bangsa dan negara. Susi juga menunjukkan bagaimana revolusi mental dijalankan dengan cara bekerja, bukan beretorika.Â
***
Karakter, kemampuan, integritas, dan cara kerja Bu Susi seperti aliran oksigen yang menyegarkan politik dan pemerintahan Indonesia yang selama ini berhawa pengap.Â
Namun ternyata segala prestasi dan keunggulan tidak cukup untuk membuat Susi tetap berada di kabinet. Susi Pudjiastuti yang pada 26 Oktober 2014 diumumkan sebagai Menteri Kalautan dan Perikanan, harus melangkah ke luar pada 23 Oktober 2019.
Barangkali kita memang perlu terbiasa menerima kenyataan bahwa sosok langka dan istimewa seperti Ibu Susi belumlah bisa disambut dengan ramah oleh ekosistem politik yang pengap.Â
Susi telah meyakinkan masyarakat bahwa ia salah satu yang terbaik. Akan tetapi di mata ekosistem politik yang penuh intrik dan kepentingan, ia dianggap kurang kurang baik.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), misalnya. Sejak lama partai pendukung utama Presiden Jokowi ini menyerang Susi, terutama soal pelarangan cantrang. Ketidaksenangan terhadap Susi dan kebijakannya beberapa kali ditunjukkan dengan narasi yang menyudutkan seolah Susi ingin menyengsarakan nelayan kecil.Â