Hal pertama yang akan segera dicanangkan setelah terbentuknya persekutuan antara Partai Nasdem dengan Sang Gubernur DKI adalah memoles citra Anies Baswedan. Kata kuncinya, seperti yang disampaikan oleh Surya Paloh, ialah Anies punya "potensi" dan perlu "proses".Â
Anies memang punya potensi sebagai media darling. Modal awal Anies juga mencukupi, yakni ia memiliki banyak penggemar dan sebagian merupakan penggemar fanatik. Potensi semacam itu pula yang dimiliki oleh Jokowi dan Ahok hingga keduanya sukses menjadi idola dan pemimpin di Indonesia.
Akan tetapi prestasi dan reputasi Anies masih jauh tertinggal dibanding Jokowi dan Ahok. Di sinilah pentingnya "proses" yang harus dilalui Anies Baswedan.Â
Ada dua jalur proses yang diperlukan Anies. Jalur alami harus Anies lakukan sendiri dengan cara bekerja lebih baik dan membuktikan kinerja yang impresif sebagai Gubernur DKI. Berikutnya ialah jalur artifisial melalui kerja media. Dalam hal ini pertemuan dengan Surya Paloh dan pujian yang dilontarkan oleh pemilik Metro TV itu telah menjadi kabar baik bagi Anies Baswedan.Â
Masalahnya, bagaimana Metro TV mampu memoles citra Anies Baswedan sementara selama ini Metro TV sering mengkritik secara tajam Anies dengan mengeksploitasi lemahnya kinerja Gubernur DKI itu? Bagaimana media mengangkat seseorang pahadal sebelumnya untuk waktu tidak sebentar pemberitaan-pemberitaan media itu justru menyerang reputasi yang bersangkutan? Dalam konteks Pilkada DKI 2012 hingga pertarungan Pilpres 2019, Metro TV berada di kutub yang berlawanan dengan kutub Anies Baswedan.Â
Masalah-masalah itu akan mudah diatasi. Stasiun-stasiun TV di Indonesia telah terbukti mampu bertindak sebagai pemoles citra yang efektif. Media di Indonesia, tentu tidak semuanya dan hanya sebagian kecil, barangkali adalah semacam spesies bunglon yang paling maju dalam sejarah evolusi kingdom Animalia sehingga dalam sekejab bisa mengganti warna dirinya kapanpun dikehendaki.
Maka memoles citra Anies Baswedan bukanlah hal sulit. Kritik-kritik tajam akan segera diganti dengan narasi yang lebih lunak dengan menyertakan pujian-pujian. Mungkin dimulai dengan tidak akan terlalu tajam lagi membahas masalah-masalah seperti sungai DKI yang bau, banjir yang tidak tertangani, taman waduk yang terlantar, PKL yang semakin semrawut, atau bambu-bambu yang lapuk.Â
Sebaliknya Metro TV bisa membuat program baru semisal "Pojok Balaikota" yang berisi liputan khusus dan eksklusif kegiatan sang Gubernur. Jangan heran jika nanti di Metro TV ada live event penanaman bambu dan bonsai di Balaikota.
Beberapa artis pendukung yang selama ini mengelu-elukan Anies Baswedan di media sosial mungkin juga akan mulai mendapat kesempatan tampil di layar Metro TV. Bisa sebagai pembawa acara atau bintang tamu. Pada saat bersamaan, tokoh-tokoh penyokong  Anies yang selama ini menjadi narasumber langganan di TV sebelah secara bertahap akan menjadi tamu reguler di sejumlah talkshow Metro TV.
Kerja pencitraan telah dimulai oleh Metro TV dengan menyiarkan pertemuan Surya Paloh bersama Anies Baswedan dalam sebuah program live event yang pada saat bersamaan juga menayangkan pertemuan makan Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo Subianto. Saat itu Sekjen Partai Nasdem melontarkan pujian kepada Anies yang dianggap memahami manifesto politik dan memiliki semangat perubahan yang sama dengan Nasdem. Tentu saja kita boleh tersenyum mendengarnya dan bertanya perubahan macam apa yang dimaksud jika tidak ada keteguhan sikap dan ideologi?