Bukannya tidak berselera dengan hidangan-hidangan tersebut, tapi saya sengaja mengulur waktu sedikit lebih lama demi mencari jenis hidangan berbeda yang mungkin dibawa oleh para tetangga. Kalau untuk menikmati ayam goreng dan sambal goreng, nanti sajalah di rumah sendiri.
Untungnya ada bakso. Saya menemukan dalam satu wadah besar teras mushola. Sepertinya hanya ada satu keluarga yang membawa bakso daging sapi ini dan tampaknya tidak banyak yang mengincarnya. Saya pun leluasa mengambilnya sendiri. Baru kemudian beberapa orang ikut meracik hidangan tersebut.
Berlebaran dengan cara bersalaman dan menyantap hidangan bersama-sama di satu tempat seperti ini sebenarnya baru pertama kali diadakan di komplek kami tinggal. Tahun-tahun sebelumnya agenda silaturahmi saat lebaran dilaksanakan dengan cara berkeliling dan saling mendatangi rumah. Kemudian di rumah tokoh masyarakat yang dituakan kami berkumpul sebentar sambil membuka diri terhadap kemungkinan ditawari makan bersama.
Memang bagi beberapa orang bersilaturahmi dengan mendatangi setiap rumah akan lebih memberi pengalaman personal. Bagi sang tuan rumah ada keharuan karena merasa dihormati. Sedangkan bagi yang berkunjung ada kepuasaan karena sudah datang dan meminta maaf secara langsung di rumah yang dituju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H