Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Makam dengan Salib dan Makam Muslim Rebah Berdampingan di Dusun Ini

20 Desember 2018   18:40 Diperbarui: 20 Desember 2018   21:58 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada beberapa makam tanda salib dibuat tegak. Sementara di makam lainnya tanda salib dijumpai melalui susunan keramik yang melapisi makam. Tidak jauh dari makam kakek juga ada makam warga nonmuslim lengkap dengan tanda salibnya.

Warga Jetak bisa memakamkam anggota keluarganya di pemakaman tersebut tanpa dibedakan agamanya. Semua makam diperlakukan sama dan sama-sama dirawat. 

Jika ada kegiatan bersih makam, warga bergotong royong membersihkan lingkungan sekitar makam tanpa membedakan makam muslim dan makam nonmuslim. 

Kegiatan doa juga bisa dijalankan oleh setiap orang di pemakaman tersebut. Bahkan, pada satu kesempatan ketika menghadiri pemakaman anggota keluarga yang lain, saya menyaksikan  seorang ibu sedang berdoa sambil membakar dan mengangkat hio/dupa. 

Rombongan pengantar jenazah lewat di depan dan di belakang ibu itu. Tidak satu pun warga yang melarang atau meminta sang ibu untuk menghentikan doanya. 

Keluarga kami juga tidak mempersoalkan hal itu sehingga saat pemakaman berlangsung, ibu itu bisa menyelesaikan ritual doa di makam anggota keluarganya.

Seorang ibu sedang berdoa dengan membakar hio. Pada saat yang sama sedang berlangsung pemakaman anggota keluarga saya yang muslim. Toleransi yang indah (dok. pri).
Seorang ibu sedang berdoa dengan membakar hio. Pada saat yang sama sedang berlangsung pemakaman anggota keluarga saya yang muslim. Toleransi yang indah (dok. pri).
Toleransi di Jetak mewujud bukan hanya pada urusan makam, tapi juga tempat ibadah. Gereja tempat umat Kristen beribadah berada di antara tempat tinggal warga. 

Tembok gereja yang menyatu dengan rumah tempat tinggal seolah cerminan kehidupan warganya yang saling menyokong. Kebetulan pula gereja itu hanya berjarak dua rumah dari rumah kakek.

Sebelum gereja itu dibangun menjadi besar seperti sekarang, warga Kristen beribadah dengan memanfaatkan sebuah rumah warga yang letaknya tepat di depan rumah paman.

Oleh karenanya dulu saya bisa menyaksikan halaman depan rumah paman dijadikan tempat parkir sepeda dan sepeda motor milik jemaat yang hendak beribadah. Namun, akibat gempa beberapa tahun lalu, rumah tempat ibadah itu ambruk sehingga tidak bisa lagi digunakan. 

Begitu indah toleransi di Jetak sehingga perbedaan agama tidak menimbulkan perasaan terganggu satu sama lain. Tidak pernah terdengar protes dari kelompok warga lain perihal rumah yang dijadikan tempat ibadah maupun gereja yang berada di tengah perkampungan dusun Jetak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun