Setiap orang membawa potensi baik dalam dirinya dan punya kesempatan untuk menggerakkan perubahan. Namun, satu orang saja seringkali tidak cukup untuk menciptakan perubahan yang besar bagi lingkungan sekitarnya. Potensi baik dalam diri seseorang perlu bersenyawa dengan kekuatan baik yang dimiliki oleh orang lain. Berkolaborasi, saling mendukung dan berbagi akan bisa menciptakan lebih banyak kebaikan.
Mungkin kurang lebih seperti itulah intisari dari "ideologi" yang diusung oleh komunitas-komunitas yang hadir di Indonesia Community Day (ICD) pada Minggu, 5 Agustus 2018 di Taman Krida Budaya, Malang, Jawa Timur. Bukti bahwa ada kesadaran untuk bekerja sama di antara mereka cukup jelas, yaitu mereka mau berkumpul dan melakukan sesuatu secara bersama-sama. Mereka disatukan oleh kesamaan hobi, keahlian, tujuan, dan sebagainya. Apapun itu mereka telah berkomunitas.Â
Akan tetapi sesungguhnya bangunan komunitas hanya awal atau pintu masuk untuk  bisa mendorong perubahan, menciptakan kreativitas, dan menghadirkan manfaat bagi lingkungan sekitar. Wakil Gubernur Jawa Timur terpilih Emil Dardak dalam sambutan saat membuka ICD 2018 menyampaikan sebuah pesan yang mungkin tidak terlalu diperhatikan, tapi sangat esensial: "setelah berkomunitas kemudian yang penting adalah beraksi sekecil apapun".Â
Tentang kegagalan komunitas, Savic Ali, tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) dan juga pegiat komunitas yang banyak memanfaatkan media sosial, memiliki beberapa pandangan. Menurutnya gelombang kemunculan kelompok atau komunitas meningkat sejak 2012 seiring semakin masifnya penggunaan media sosial. Tapi saat ini banyak di antara komunitas itu tidak terdengar lagi.Â
Agar mampu menghadirkan perubahan komunitas perlu memiliki ketahanan. Savic Ali kemudian menyebutkan hal-hal penting yang perlu dimiliki oleh komunitas agar dapat bertahan dan berkembang. "Komunitas bisa bertahan jika punya tujuan dan gagasan besar. Jadi idealismenya harus ada dan jelas", katanya. Tanpa tujuan dan gagasan sebuah komunitas hanya akan berupa kumpul-kumpul biasa dan dengan sendirinya akan mudah bubar.
Selain tujuan dan gagasan, komunitas juga perlu memiliki manajemen anggota yang baik. Komunitas yang anggotanya sedikit bisa lebih berkembang jika mampu membagi dan mengatur peran anggota-anggotanya. Masih terkait dengan distribusi peran, komunitas bisa berhasil jika ada kepemimpinan yang baik. Figur pemimpin tetap dibutuhkan meski sebuah komunitas bersifat sukarela.Â
Soal perkembangan komunitas di era saat ini, Savic Ali menekankan pentingnya beradaptasi agar keberadaan komunitas bisa selalu relevan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan zaman.  Ia  mencontohkan nu.online yang bergerak melalui dunia maya sebagai bagian dari upaya menyediakan rujukan tentang islam yang ramah dan moderat sekaligus menjawab tantangan zaman atas meningkatnya penyebaran pemikiran radikal.Â
Terkait dengan persoalan menjawab tantangan zaman, Savic memberikan kiat agar komunitas bisa konsisten mengupayakan kebaikan. "Jangan mudah terdistraksi oleh pendapat-pendapat nyinyir", tegasnya.
Bolang memang membuka diri untuk berkolaborasi dengan siapapun. Â Menurut Pak Yunus mitra sering datang lebih dulu untuk mengajak Bolang. Bahkan ada mitra yang mengajak Bolang untuk bekerja sama karena mendapat informasi tentang Bolang dari pihak lain. Salah satu contohnya adalah kerja sama antara Bolang dengan Dinas Kebudayaan Pariwisata Kota Malang pada 2018. Dalam kerja sama ini Bolang mensuplai konten reportase tentang potensi kampung tematik di Kota Malang. Kumpulan reportase itu pun kemudian dibukukan sebagai bukti kontribusi positif Bolang dalam memperkenalkan wisata dan pembangunan di Kota Malang.