Pada hari pengangkatan sang dukun terpilih, air dibawa untuk didoakan dan digunakan dalam upacara di Pura Poten dan Pura Watu Gede.
Setelah selesai arwah-arwah itu dikembalikan ke alam kubur masing-masing. Oleh karena dilangsungkan sebagai acara desa, ritual "pengembalian arwah" ini diikuti oleh banyak orang dari berbagai latar belakang.
Ada juga foto lain di mana Kompasianer Ukik memperlihatkan orang-orang Tengger sedang melakukan upacara "mengantar arwah" di sebuah makam.Â
Upacara ini dilakukan oleh keluarga yang anggotanya meninggal dunia. Menariknya, upacara mengantar arwah bisa dilakukan kapan saja dan tidak harus segera setelah hari meninggalkan anggota keluarga.Â
Oleh karena ini cara ini diambil maka selamatan keluarga menjadi pesta bersama satu desa. "Karena pesta inilah keluarga bisa menghabiskan belasan hingga puluhan juta untuk mengantar arwah orang yang sudah meninggal", tambahnya.
Walau masyarakat Tengger secara umum masih teguh melaksanakan berbagai upacara dan tradisinya, kompasianer Ukik memiliki catatan tentang hal itu. Menurutnya telah terjadi sejumlah pergeseran dalam upacara yang dilakukan selama ini. Gencarnya promosi wisata di satu sisi membuat Tengger menjadi lebih terkenal.Â
Tapi di sisi lain memunculkan orientasi untung rugi pada upacara yang digelar. Kehikmatan upacara juga sedikit terganggu dengan datangnya banyak orang.
Kompasianer Ukik mencontohkan upacara Kesada yang setiap tahun ramai disaksikan wisatawan. Ia pun mencoba membandingkannya dengan upacara pengangkatan dukun yang tidak banyak menarik wisatawan sehingga bisa berlangsung lebih hikmat.