Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membaca "Tengger" lewat Kompasianer Ukik

6 Agustus 2018   16:56 Diperbarui: 7 Agustus 2018   08:08 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Ukik di Indonesia Community Day, 5 Agustus 2018 (dok. pri).

Pada hari pengangkatan sang dukun terpilih, air dibawa untuk didoakan dan digunakan dalam upacara di Pura Poten dan Pura Watu Gede.

Foto yang memperlihatkan orang Tengger sedang makan bersama di makam dalam upaca
Foto yang memperlihatkan orang Tengger sedang makan bersama di makam dalam upaca
Upacara adat lainnya yang masih dilakukan oleh masyarakat Tengger adalah bersih desa. Ada bagian menarik dalam upacara ini, yaitu memanggil arwah-arwah dari anggota keluarga yang sudah meninggal untuk diajak "berpesta". Setiap warga bisa menyerahkan nama-nama anggota keluarganya yang sudah meninggal kepada dukun untuk dipanggil arwahnya saat bersih desa. 

Setelah selesai arwah-arwah itu dikembalikan ke alam kubur masing-masing. Oleh karena dilangsungkan sebagai acara desa, ritual "pengembalian arwah" ini diikuti oleh banyak orang dari berbagai latar belakang.

Ada juga foto lain di mana Kompasianer Ukik memperlihatkan orang-orang Tengger sedang melakukan upacara "mengantar arwah" di sebuah makam. 

Upacara ini dilakukan oleh keluarga yang anggotanya meninggal dunia. Menariknya, upacara mengantar arwah bisa dilakukan kapan saja dan tidak harus segera setelah hari meninggalkan anggota keluarga. 

Kompasianer Ukik sedang menunjukkan beberapa perlengkapan yang digunakan pada setiap upacara adat Tengger (dok. pri).
Kompasianer Ukik sedang menunjukkan beberapa perlengkapan yang digunakan pada setiap upacara adat Tengger (dok. pri).
Kompasianer Ukik lalu menjelaskan bahwa orang-orang Tengger sering menggelar upacara mengantar arwah bersamaan dengan pesta hajatan keluarga seperti khitanan atau pernikahan. 

Oleh karena ini cara ini diambil maka selamatan keluarga menjadi pesta bersama satu desa. "Karena pesta inilah keluarga bisa menghabiskan belasan hingga puluhan juta untuk mengantar arwah orang yang sudah meninggal", tambahnya.

Walau masyarakat Tengger secara umum masih teguh melaksanakan berbagai upacara dan tradisinya, kompasianer Ukik memiliki catatan tentang hal itu. Menurutnya telah terjadi sejumlah pergeseran dalam upacara yang dilakukan selama ini. Gencarnya promosi wisata di satu sisi membuat Tengger menjadi lebih terkenal. 

Tapi di sisi lain memunculkan orientasi untung rugi pada upacara yang digelar. Kehikmatan upacara juga sedikit terganggu dengan datangnya banyak orang.

Kompasianer Ukik mencontohkan upacara Kesada yang setiap tahun ramai disaksikan wisatawan. Ia pun mencoba membandingkannya dengan upacara pengangkatan dukun yang tidak banyak menarik wisatawan sehingga bisa berlangsung lebih hikmat.

Tengger menarik perhatian pengunjung Indonesia Community Day 2018 (dok. pri).
Tengger menarik perhatian pengunjung Indonesia Community Day 2018 (dok. pri).
Begitulah sebagian cerita dan dinamika Tengger saat ini. Semoga Tengger dan semua pusakanya akan terus bertahan dan tetap ada meski mendapat tekanan dari dimensi ekonomi, sosial, budaya, bahkan agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun